in

Sebelum Mengganas, Kanker Bisa Dicegah. Begini Caranya

SEMARANG, jatengtoday.com – Kanker seringkali menjadi penyakit yang menakutkan. Jika tidak mendapatkan penanganan, penyakit ini cenderung mengganas hingga mengakibatkan resiko kematian. Secara medis, kanker sebetulnya bisa dicegah. Tentu, pertama kali yang harus dilakukan adalah melakukan upaya deteksi dini.

“Jika bisa dideteksi sejak dini, maka kanker bisa lebih mudah diatasi,” kata praktisi kesehatan RSUP Dr Kariadi Semarang, dr Adityawati Ganggaiswari, Sabtu (21/10/2017).

Dia menegaskan, bahwa kanker bisa dicegah dengan beberapa cara. Pertama kali adalah deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker. Hal itu mutlak harus dilakukan. “Khususnya deteksi dini kanker pada payudara dan leher rahim atau serviks. Dengan deteksi dini, jika ditemukan gejala awal kanker akan dapat diobati secara dini dengan keberhasilan tinggi. Permasalahanya, sejauh ini masih banyak penderita kanker yang memeriksakan diri saat kondisi kankernya sudah memasuki stadium lanjut,” katanya.

Deteksi dini salah satunya dengan mengenali gejala-gejala awal. Misalnya pada kanker serviks, gejala awal yang mesti diwaspadai adalah keputihan dalam jumlah banyak dan berbau. Apalagi ditambah dengan perdarahan saat berhubungan seksual. “Wanita yang sudah menopause juga terjadi perdarahan tidak teratur. Pada tahap lanjut, penderita akan sulit buang air besar. Gejala dan tanda-tanda kanker tersebut harus diketahui masyarakat,” katanya.

Cara mencegahnya antara lain dengan mengatur pola makan, menghindari paparan tembakau atau asap rokok, menjadi kebersihan untuk mencegah infeksi atau virus, menghindari obesitas, menjauhi alkohol, dan sebagainya. “Faktor risiko kanker terbesar adalah dari lingkungan, yakni 85 persen. Sementara, hanya 15 persen dari keturunan,” katanya.

Pencegahan lain bisa dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur dan terukur. Pola hidup masyarakat perkotaan rentan terjebak dalam aktivitas yang kurang sehat. Orang perkotaan cenderung minim aktivitas fisik. “Misalnya berangkat kerja menggunakan mobil, sesampainya di lokasi dilanjutkan dengan duduk. Terkadang nyaris tanpa ada aktivitas fisik yang berat. Hal itu masih ditambah pola makan yang tak terkontrol. Banyaknya mengonsumsi makanan cepat saji seperti mi instan,” katanya. (*)

Editor: Ismu Puruhito