SEMARANG (jatengtoday.com) – Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Walisongo Semarang yang menggelar aksi di Jalur Pantura Semarang sempat adu dorong dengan aparat kepolisian.
Hal itu terjadi lantaran peserta aksi mencoba untuk memblokir penuh jalan lintas provinsi tersebut. Aksi berlangsung pada Senin (3/2/2020) sekitar pukul 10.00 hingga 12.00.
Pantauan di lokasi, ratusan mahasiswa awalnya melakukan aksi di pinggir jalan pantura. Kemudian, secara perlahan maju ke tengah badan jalan. Hingga sekitar pukul 11.30, massa menghentikan sejenak kendaraan yang melintas.
Puluhan polisi dan beberapa TNI yang mengawal aksi pun geram dan berupaya mendorong mundur aktivis. Akhirnya, aksi saling dorong tak terelakkan.
Kubu mahasiswa kukuh ingin memblokade jalan, sementara kubu polisi menghalanginya.
Karena petugas kalah jumlah, sebagian polisi ada yang berinisiatif menyuruh sopir-sopir truk dan pengendara sepeda motor yang melintas untuk membunyikan klakson dan menginstruksikan untuk tetap jalan meski ada mahasiswa di tengah jalan.
Mahasiswa pun memutuskan untuk mundur. Koordinator aksi tampak sibuk menenangkan anggotanya dan mengarahkan untuk sedikit mundur.
Usai aksi, Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi, Nanang Bagus Yuliadi menjelaskan, aksi memblokade jalan dalam rangka ‘Evaluasi 100 Hari Kinerja Jokowi’ ini sebenarnya sudah dikomunikasikan terlebih dulu dengan aparat.
Menurutnya, saat mengajukan izin, pihaknya meminta agar kendaraan diberhentikan sejenak saat peserta aksi membacakan tuntutan. Kata Nanang, polisi memberi waktu 15 menit, selebihnya hanya boleh aksi di pinggir jalan.
“Kemarin boleh memblokade jalan (secara penuh) selama 15 menit. Tapi tadi pagi pas kami kumpul hanya boleh 10 menit. Terus pas massa sampai sini (lokasi aksi) dikurangi lagi jadi 5 menit,” jelasnya.
Ujung-ujungnya polisi tidak memperbolehkan. “Tadi malah jadinya nggak dikasih waktu. Makannya kami memaksa. Padahal katanya kemarin petugas sudah mau merekayasa lalu lintas,” kritik Nanang. (*)
editor: ricky fitriyanto