SEMARANG (jatengtoday.com) – Trans Semarang membantah video petugas ticketing menganiaya penumpang terjadi di armada miliknya.
Kepala BLU Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan, mengklarifikasi bahwa peristiwa di video tersebut bukan di BRT Trans Semarang.
“Kejadian tersebut tidak terjadi di BRT Trans Semarang, melainkan di kota lain. Jika ada kemiripan soal armada, hal tersebut karena spesifikasi bus bantuan pemerintah adalah sama. Wajar jika warganet menanyakan hal tersebut karena mereka merasa bersimpati,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Sabtu (7/9/2019).
Dikatakannya, video tersebut viral sejak Jumat (6/9/2019) siang. Pihaknya mengakui sejumlah warganet bersimpati menanyakan perihal kasus tersebut melalui akun media sosial BRT Trans Semarang yakni @transsemarang. “Kami pastikan, petugas ticketing BRT Trans Semarang sudah mendapatkan pembekalan tentang service excellent. Bahkan proses rekruitmen dengan standar psikotest secara ketat,” katanya.
Dia menjelaskan, dulu di Trans Semarang proses rekruitment karyawan BRT dilakukan mandiri. Namun sejak bergabung dengan Trans Semarang pada 3 Januari 2017, ia mengaku terus melakukan pembenahan. Termasuk dalam proses seleksi karyawan menggunakan seleksi ketat dan ada tes psikologi.
“Sebab, petugas ticketing armada (PTA) dan petugas ticketing bus (PTS) ini sebagai ujung tombak pelayanan kepada masyarakat. Maka harus mendapatkan training sebelum ditugaskan,” katanya.
Hingga Agustus 2019, terdapat 810 karyawan Trans Semarang yang bertugas di sejumlah divisi. Mereka harus bisa memberikan pelayanan terbaik kepada pengguna jasa dengan senyum, sapa, salam.
“Jika menemukan petugas kami yang dalam pelayanan masih dianggap kurang, pengguna jasa dapat menyampaikan melalui call center 1500094 maupun media sosial @transsemarang.
Aduan, saran, masukan bisa disampaikan sejak mulai pelayanan setiap hari mulai pukul 5.30 hingga akhir pelayanan pukul 19.00,” terangnya. (*)
editor : ricky fitriyanto