SEMARANG (jatengtoday.com) – Aksi demonstrasi Aliansi Mahasiswa se-Kota Semarang di depan Gedung DPRD Kota Semarang, Rabu (14/8/2019),
memunculkan sejumlah isu yang selama ini tidak tersentuh pemerintah. Salah satunya adalah isu perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender yang diam-diam tumbuh subur di kota besar. Tak terkecuali di Kota Semarang.
Koordinator Wilayah Forum Perempuan Jateng-DIY sekaligus Koordinator Isu Nasional LGBT, Dian Fitriyani, menilai sejauh ini pemerintah belum melakukan aksi nyata terkait munculnya fenomena LGBT.
“Pemerintah harus memberikan aksi nyata terhadap fenomena LGBT. Kami tidak menolak mereka berorganisasi atau bermasyarakat, tetapi agar bagaimana orang yang telah masuk lingkaran LGBT bisa dilakukan rehabilitasi. Sehingga bisa kembali hidup normal,” tegasnya di sela-sela aksi.
Dalam hal ini, lanjut dia, pihaknya tidak melihat Pemkot Semarang melakukan aksi nyata terhadap penanganan LGBT. “Maka ini adalah momentum, para wakil rakyat, khususnya wakil rakyat perempuan bisa memperjuangkan hak-hak perempuan, ibu dan anak, dan LGBT,” katanya.
Lebih lanjut, kata dia, anggota DPRD Kota Semarang memang sudah ada perwakilan dari perempuan, tapi keberadaan perempuan di DPRD Kota Semarang jangan hanya untuk memenuhi kuota partai saja. “Tetapi mereka harus punya peran atas kebijakan-kebijakan terhadap kaum perempuan, pro ibu, pro anak. Termasuk memberikan perhatian serius terhadap fenomena LGBT,” ujarnya.
Pihaknya mengaku pernah melakukan kajian mengenai fenomena LGBT secara umum di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Perkembangannya cukup besar dan mengkhawatirkan. “Bahkan konferensi LGBT se-Asia pertama diselenggarakan di Solo. Sebagaimana diketahui, Kota Solo dikenal memiliki kultur norma Jawa sangat kental saja ditemui fenomena LGBT,” katanya.
Perkembangan di Kota Semarang pun tak kalah memprihatinkan. Bahkan fenomena LGBT telah lama merangsek masuk kampus. “Kami mengunjungi seorang dokter kelamin dan kulit, dia menyatakan bahwa 3-4 mahasiswa di salah satu universitas negeri setiap bulannya terkena HIV/AIDS. Salah satu penyebabnya karena LGBT ini. Bahkan mereka telah coming out, tidak menutup-nutupi lagi sebagai seorang LGBT. Jadi mereka malah bangga terhadap apa yang mereka lakukan. Disini kami sebagai orang Indonesia yang masih punya ‘moral majority’, bahwa ini tidak benar dan bertentangan dengan konstitusi,” tandasnya.
Untuk penanganan lebih lanjut, kata dia, pihaknya telah berkoordinasi dengan kampus Undip untuk melakukan penanganan terhadap fenomena LGBT. “Kami nanti akan bekerjasama dengan Pemkot Semarang agar bisa memberikan rehabilitasi atau kampanye untuk mengajak ayo kita jauhi perilaku LGBT,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto