in

Radikalisme Muncul Saat Ada Konflik Keagamaan yang Dibumbui Kepentingan Politik

SEMARANG (jatengtoday.com) – Fenomena radikalisme Islam di Indonesia disebut masih menjadi ancaman yang patut mendapatkan perhatian serius. Ada berbagai faktor yang melatarbelakanginya, salah satunya karena adanya konflik keagamaan yang dibumbui kepentingan politik.

Hal tersebut diungkapkan Muhammad Adnan, saat menjadi penyaji materi seminar “Deradikalisasi Paham Keagamaan” yang diadakan Badan Kesbangpol Jateng bersama FISIP Universitas Diponegoro Semarang, Selasa (14/5/2019) petang. Dalam kesempatan itu, Adnan menyampaikan hasil penelitian tesisnya.

Menurutnya, perbedaan paham keagamaan dalam Islam merupakan fakta sejarah dan sosial yang tidak bisa dipungkiri. Karena perbedaan, memberi opsi kepada umat untuk mengembangkan kecerdasan dalam memahami agama.

Namun, kata Adnan, perbedaan itu dalam praktiknya justru memunculkan kelompok eksklusif yang menyerang paham lain yang berbeda. Sikap ini biasanya merasa paling benar sendiri, sedangkan yang lain dipandang salah.

Yang lebih miris, ujar Adnan, ketika ada perbedaan paham keagamaan yang telah terasuki kepentingan politik. Pada titik inilah kemudian muncul fenomena intoleransi yang puncaknya adalah radikalisme.

“Kalau motif perbedaannya masih murni agama, biasanya masih bisa diselesaikan. Karena hanya perbedaan pedapat. Tapi begitu ada kepentingan politik masuk, perbedannya berubah menjadi perbedaan pendapatan,” jelasnya.

Karena itu, Adnan mengimbau agar warga Indonesia, khususnya yang beragama Islam, untuk terus menggelorakan kesadaran berbangsa dan bernegara.

“Intinya kesadaran akan kebangsaan harus terus disuarakan. Tidak boleh berhenti. Supaya kita tetap dalam kesadaran penuh sebagai orang Islam yang ada di Indonesia. Jangan sampai kita mengingkari keindonesiaan kita,” tandasnya.

Kepala Bakesbangpol Jateng, Achmad Rofai mengungkapkan, kondusifitas di Jateng saat ini harus terus dirawat. Seminar kali ini, katanya, merupakan salah satu upaya antisipasi agar ancaman radikalisme semakin minim.

“Jadi ini sebagai antisipasi ya. Biar kalau ada paham radikalisme yang masuk di Jateng, istilahnya kita sudah punya tameng,” ujarnya.

Seminar tersebut juga dihadiri berbagai tokoh ternama. Seperti Pengasuh Pesantren Girikusumo KH Munif Zuhri, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak, Rektor Undip Prof Yos Johan Utama, Rektor UIN Walisongo Prof Muhibbin, dan Guru Besar Undip Mudjahirin Thohir. (*)

editor : ricky fitriyanto