in

Lontong Cap Go Meh Diadaptasi dari Ketupat Lebaran, Ini yang Membedakan

SEMARANG (jatengtoday.com) — Lima belas hari seusai perayaan Imlek, etnis Tionghoa selalu merayakan Cap Go Meh. Penutup perayaan Imlek itu biasanya diisi dengan makan bersama. Salah satu menu yang wajib ada adalah lontong cap go meh.

Menurut budayawan peranakan Tionghoa Semarang, Jongkie tio, lontong cap go meh merupakan saudara dekat ketupat lebaran yang juga kerap disebut dengan ketupat opor ayam. Jadi, katanya, kedua jenis kuliner khas nusantara ini sangat mirip.

“Lontong cap go meh tidak bisa dilepaskan dari ketupat opor ayam yang biasanya disajikan umat muslim Jawa saat lebaran,” ujarnya saat ditemui di Restoran Semarang, Jumat (1/2/2019).

Dalam sejarahnya, kata Jongkie, sejak dulu etnis peranakan Tionghoa membaur dengan masyarakat lokal yang mayoritas umat Islam. Mereka hidup dalam perkampungan yang majemuk dan saling bertoleransi. Tak jarang keduanya saling bertukar tradisi secara alamiah.

Salah satu yang diadaptasi oleh masyarakat Tionghoa adalah tradisi kupatan saat lebaran Idulfitri atau bodo kupat.

Biasanya, imbuh Jongkie, para peranakan Tionghoa yang hidup di kampung, saat lebaran akan menerima hidangan ketupat opor ayam dari para tetangga. Lantas, ketika tiba perayaan Cap Go Meh, mereka ingin membalas dengan memberikan hidangan khas Imlek ke tetangganya.

“Khasnya kan lontong babi. Tapi Kalau itu nggak pada doyan, berarti harus makanan yg halal. Lalu dibuatlah lontong cap go meh dengan beberapa pelengkap yang mirip dengan ketupat lebaran,” jelasnya.

Perbedaan

Pemilik Restoran Semarang itu menjelaskan, meskipun diadaptasi dari ketupat lebaran, lontong cap go meh tetap memiliki ciri khas. Meskipun sama-sama terbuat dari beras, dari segi bentuk, antara ketupat dengan lontong sudah jelas berbeda. Meskipun fungsinya tetap sama.

“Cap go meh itu ada syaratnya, harus tanggal 15 (hari ke-15 Imlek) saat bulan purnama. Akhirnya, ketupat yang persegi dibuat lonjong. Kan bulat. Berarti perumpamaan bulan purnama terpenuhi di sini. Sedang yang lainnya, opor ayam, sambel goreng, dicontek semua,” papar Jongkie.

Perbedaan lainnya, bisa dilihat dari olahan tambaham berupa bubuk kedelai dan bakcang (parutan kelapa dikukus). Sedangkan sajian tambahan yang lainnya, seperti lodeh, acar, telur, pindang, abon sapi, kerupuk, itu selera masing-masing orang.

“Cuma di lontong cap go meh ada syarat lain, harus ada bubuk kedelai, dan bakcang. Kalau itu tidak ada, namanya bukan lontong cap go meh,” tegasnya.

Editor: Ismu Puruhito