in

Trans Semarang Launching Tiga Koridor Sekaligus

SEMARANG (jatengtoday.com) – Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang resmi menambah tiga koridor baru sekaligus. Ketiganya adalah Koridor 8 rute Terminal Cangkiran – Simpang Lima PP, Koridor 9 (Feeder 1) rute PRPP –Ngaliyan, dan Koridor 10 (Feeder 2) rute Bangetayu – Kaligawe.

Launching yang dilaksanakan Jumat (6/12/2019) di objek wisata Waduk Jatibarang tersebut berlangsung meriah, berbarengan dengan launching Kalender Event Kota Semarang 2020.

Namun acara launching tersebut berlangsung cukup singkat, karena cuaca kurang kondusif. Perangkat panggung megah yang ditata sedemikian rupa di ruang bebas tepi Waduk Jatibarang itu mendadak harus segera diamankan dari hujan. Awan hitam pertanda hujan lebat menyambut peluncuran koridor baru tersebut.

Namun hal itu tak mengurangi antusiasme warga masyarakat dan tamu undangan yang hadir. Sambutan demi sambutan dan pentas kesenian terpaksa berlangsung buru-buru. Bahkan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang naik panggung untuk menandai peluncuran koridor hanya memberikan beberapa patah kata.

“Saya tidak usah memberikan sambutan ya, karena akan hujan,” kata Hendi sapaannya.

Diwawancarai wartawan seusai acara, Hendi mengatakan bahwa sejak 2009 silam, BRT Trans Semarang memulai kiprahnya. “Saat itu hanya memiliki satu koridor, dengan jumlah 40 armada bus. Hingga saat ini 2019, dari semula ada sebanyak 7 koridor, sekarang bertambah tiga koridor, yakni Koridor 8, Koridor 9 (Feeder 1), Koridor 10 (Feeder 2), sehingga totalnya sekarang ada 10 koridor,” katanya.  

Menurut Hendi, ini menjadi komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam memberikan pelayanan masyarakat dalam hal transportasi umum. Hingga saat ini, Trans Semarang terus berbenah agar bisa menjangkau wilayah pinggiran. “Termasuk akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di Kota Semarang. Ujungnya mudah-mudahan tidak ada kemacetan di Kota Semarang,” katanya.

Mengapa launching Koridor 8, 9 dan 10 ini berbarengan dengan launching kalender event Kota Semarang 2020? “Sebenarnya sederhana saja, kami sedang fokus di sektor wisata untuk mendatangkan wisatawan ke Kota Semarang. Salah satu kekuatan yang mendukung wisata adalah aksesbilitas transportasi,” katanya.

Dia menyontohkan Desa Kandri yang memiliki banyak potensi wisata. Ada Waduk Jatibarang, Goa Kreo, Kebun Buah di Cepoko, dan lain-lain. Namun selama ini belum terjangkau transportasi BRT. Wilayah pinggiran yang lain seperti Ngaliyan ada banyak potensi wisata seperti Masjid Kapal, Curug Gondoriyo dan seterusnya.

“Kalau semua terhubung dengan transportasi umum, Insya Allah wisata alam di Kota Semarang akan semakin terangkat,” katanya.

Lebih lanjut, Hendi menegaskan bahwa pihaknya akan terus melengkapi koridor hingga akhir periode minimal 12 koridor. “Jadi, saya masih punya utang 2 koridor hingga 2021. Pokoknya dari ujung hingga ujung Kota Semarang harus ada pelayanan transportasi umum,” katanya.

Kepala BLUD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan mengatakan, Trans Semarang berkomitmen terus mendukung pengembangan wisata di Kota Semarang.

“Kami telah berkomitmen dengan Disbudpar, di depan tempat wisata diberikan shelter BRT. Tujuannya agar masyarakat bisa berkunjung ke tempat wisata tanpa harus menggunakan kendaraan pribadi,” katanya.

Ade meluruskan, sebetulnya saat ini telah ada 11 koridor, karena sebelumnya sudah ada Koridor Bandara yang beroperasi hingga pukul 00.00. “Itu koridor tersendiri di luar koridor reguler. Totalnya hingga saat ini 11 koridor, yakni Koridor 1, Koridor 2, Koridor 3, Koridor 4, Koridor 5, Koridor 6, Koridor 7 dan yang baru saja dilaunching Koridor 8, Koridor 9 (Feeder1), Koridor 10 (Feeder 2), ditambah Koridor Bandara,” terangnya. 

Tahun depan, pihaknya menargetkan akan melaunching satu koridor lagi pada Juni 2020. “Sekaligus launching pelayanan hingga pukul 22.00. Jadi mulai Juni tahun depan, semua koridor ditambah pelayanan hingga pukul 22.00, kecuali feeder. Artinya, tahun depan jumlah koridor telah terlaksana sesuai RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah),” pungkasnya. (*)

 

editor : ricky fitriyanto