SEMARANG – Calon Gubernur Jateng Sudirman Said menegaskan, pekan pertama Januari nama calon wakil gubernur yang akan mendampinginya di Pilgub Jateng 2018 akan diumumkan. Sejumlah nama tengah digodok, didalami, dan didiskusikan dengn para pihak sebelum kemudian diputuskan sebagai pendamping.
Sudirman menyampaikan, meski diberi kewenangan penuh memilih pendamping oleh tiga parpol yang mengusungnya, yakni Gerindra, PAN, dan PKS, namun kandidat yang akan dipilihnya tetap akan dikomunikasikan terlebih dahulu dengan tiga parpol tersebut.
“Saya sedang menggodoknya. Dan sebelum diputuskan nanti juga akan dikonsultasikan dengan parpol pendukung,” kata Pak Dirman, Jumat (29/12/2017).
Menurutnya, nama-nama kandidat cawagub yang akan mendampinginya berasal dari beragam latar belakang. Ada dari kalangan NU, Muhammmadiyah, militer, birokrat, anggota dewan, juga mantan pejabat, baik di tingkat pusat maupun daerah.
“Mereka yang masuk nominasi memiliki reputasi yang bagus, dan berasal dari berbagai elemen. Banyak nama-nama yang reputasinya bagus dan disarankan oleh sejumlah tokoh. Kami akan terus mendengar masukan dari tokoh-tokoh Jateng untuk mendapatkan figur paling pas dengan konstelasi ke depan,” harapnya.
Terkait kriteria cawagub yang akan dipilihnya, Pak Dirman menyebutkan orang tersebut harus memiliki integritas yang tinggi, tidak terlibat kasus korupsi dan tidak akan melakukan korupsi saat menjabat. Kemudian dapat merangkul sebanyak mungkin golongan, sehingga dapat memperluas basis massa pendukung.
Salah satu nama disebut adalah Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar asal Jateng, Noor Achmad. Ketua Dewan Pelaksana Pengelola (DPP) Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) ini juga disebut salah satu kandidat yang potensial. Selain memiliki basis massa, yang bersangkutan juga dari kalangan NU. Namun saat dikonfirmasi, Noor Achmad menyatakan belum dihubungi langsung oleh pihak terkait.
“Saya belum punya sikap apalagi pendapat karena saya harus cek dulu berita itu,” ujarnya
Jika memang demikian, lanjutnya, ia akan terlebih dahulu melaporkan ke parpolnya untuk menunggu perintah. Selain itu, juga akan terlebih dahulu berkonsultasi dengan para ulama.
“Tentu saja adalah bagaimana kesepakatan para ulama dan tokoh-tokoh NU. Kan tahu sendiri, dari dulu saya tidak pernah mengejar ambisi jabatan,” kata mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang ini. (ajie mh)