Editor: Ismu Puruhito
SEMARANG – Pekerjaan panjang pembangunan Pasar Johar Baru dikerjakan tahap demi tahap. Dinas Perdagangan Kota Semarang telah menyusun rencana relokasi tahap dua, yakni ribuan pedagang Pasar Yaik Baru ke kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Sosialisasi rencana relokasi ini sebelumnya ditolak pedagang. Tetapi saat ini, Dinas Perdagangan Kota Semarang saat ini yakin bahwa pedagang Pasar Yaik Baru mau direlokasi. Sebab, salah satu tuntutan atau permintaan pedagang yakni pembuatan jalan tembus Jolotundo dan Sub Terminal di kawasan MAJT direalisasikan.
Sedangkan pembangunan tempat relokasi tahap dua yang berlokasi tak jauh dari tempat relokasi tahap pertama di MAJT, saat ini telah dimulai pembangunan. “Hari ini (kemarin) relokasi tahap dua sudah mulai proses pengurugan. Lelang dimenangkan oleh PT Uno Tanoh Seuramo. Dari pagu anggaran Rp 19 miliar, dimenangkan dengan nilai kontrak Rp 16 miliar koma sekian,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang, Fajar Purwoto, Rabu (20/9/2017).
Dikatakannya, dari nilai kontrak tersebut ada selisih Silpa kurang lebih Rp 3 miliar. Tetapi pihaknya mengaku bukan menekankan kepada hal tersebut. “Bukan itu yang kami tekankan. Melainkan agar kontraktor ini bisa menyelesaikan pekerjaan pembangunan tepat waktu. Sehingga apa yang diharapkan pedagang bisa benar-benar terwujud,” katanya.
Saat ini proses pembangunan agar segera dikebut. Sesuai dengan target, yakni 21 Desember 2017 mendatang, pembangunan relokasi tahap dua sudah selesai. “Sehingga awal Januari 2018, semua pedagang Pasar Yaik Baru bisa direlokasi di sini. Terkait tuntutan pedagang yang menghendaki jalan tembus Jolotundo juga mulai dibangun. Kami komunikasikan dengan pihak MAJT untuk dibuka. Nanti dari Jalan Kartini-Jolutundo hingga ke tempat relokasi akan terhubung,” katanya.
Selain itu, lanjut Fajar, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang, terkait pembuatan Sub Terminal di lokasi relokasi MAJT. “Nanti kami akan membuat surat kepada Kepala Dishub Kota Semarang agar dibuat sub terminal permanen selama 3 tahun. Karena proses pembangunan Pasar Johar Baru 2017, 2018, 2019. Harapan semua pihak, 2018 MAJT ini sudah benar-benar ramai. Semua pedagang Johar terpusat menjadi satu di sini,” bebernya.
Lebih lanjut, kata Fajar, nanti kalau pembangunan Pasar Johar Baru sudah selesai, maka semua pedagang juga bersama-sama pindah untuk menempati bangunan baru. Mengenai tahap-tahap relokasi pedagang Pasar Yaik Baru, Fajar menjelaskan, sesuai program bahwa awal November akan dilakukan dua kali sosialisasi terhadap pedagang. Dia mengaku yakin bahwa pedagang mau direlokasi, karena tuntutan pedagang mengenai pembukaan jalan tembus Jolotundo dan pembuatan sub terminal sudah dipenuhi.
“Mengenai pengelolaan di sini nanti saya serahkan sepenuhnya kepada PPJP setempat, silakan mau ditata seperti apa. Entah model kluster atau apa, yang penting kami membangun dan bertanggung jawab atas anggaran pembangunan itu,” katanya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sebelumnya meminta agar para pedagang Pasar Yaik Baru tidak perlu khawatir atas rencana relokasi tahap dua ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi memersilakan pedagang untuk tetap menempati pasar dan beraktivitas berjualan. Sebab, Pasar Yaik Baru ini belum akan dibongkar dalam waktu dekat.
“Yaik belum akan dibongkar, lhawong belum dibangunkan tempat relokasinya. Jadi, saya justru heran, di media orang-orang mendorong Pasar Yaik Baru segera dibongkar, kami belum ada rencana pembangunan di situ,” kata Hendi, kemarin.
Orang nomor satu di Kota Semarang ini memerkirakan rencana pembangunan Pasar Yaik Baru itu baru akan dilakukan tahun depan. “Jadi, kalau dibongkar sekarang, pertama tempat relokasinya belum siap. Kedua, pemerintah belum menganggarkan untuk biaya pembangunan. Mari kita bicara lebih manusiawi, kalau hari ini belum ada anggaran, ya biarlah mereka jualan dulu di situ,” katanya.
Tetapi apabila tahun depan pada saat tempat relokasi tahap dua sudah seleasai dibangun. Termasuk anggaran APBD untuk pembangunan sudah ada, maka mau tidak mau pedagang harus pindah ke tempat relokasi. “Saat ini, lahan (relokasi) baru dikontrak, tempat relokasinya baru dibangun. Nanti kalau sudah selesai baru, kami urusi Yaik Baru agar bisa gabung sama tempat relokasi yang lain,” terangnya. (*)