in

Stres di Rumah Terus, Mending Kembangkan Hobi

SEMARANG (jatengtoday.com) – Masyarakat mulai bosan harus tetap di rumah karena pandemi corona. Terhitung sudah lebih dari tiga bulan pembatasan ini dilakukan. Lantas bagaimana menjaga agar mental tidak down selama di rumah saja?

Pertanyaan itu disampaikan Rahma Pamuji kepada Ketua Tim Penggerak PKK Jateng, Atikoh Ganjar Pranowo, saat Webinar ‘Ayo, Start From You! Kita Putus Mata Rantai Penularan Covid-19’, yang diselenggarakan Program Studi Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang, Senin (22/6/2020). Pada kesempatan itu, Atikoh menjadi narasumber melalui aplikasi zoom.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Atikoh menyatakan, berada di rumah apalagi dengan kondisi perekonomian yang tengah menghadapi tantangan, bisa memicu terjadinya kesehatan mental yang kurang baik. Stres, kecemasan, bahkan depresi dapat menimpa seseorang, termasuk ibu rumah tangga. Belum lagi saat anak mesti belajar di rumah, suami bekerja dari rumah, yang membuat rawan terjadi konflik.

“Hal itu berpotensi terjadi konflik antar anggota keluarga. Berdasarkan penelitian, sebanyak 70 persen konflik terjadi saat pandemi. Tapi pandemi ini memang terjadi di seluruh dunia,” bebernya.

Dia pun memberikan tips agar para ibu dapat mengelola stres. Yang terpenting, bahagiakan diri sendiri dulu, salah satunya dengan menggali hobi. Misalnya, jika ibu suka menjahit, bisa mendalami informasi terkait menjahit, atau bahkan mempraktikkan informasi yang sudah didapat. Jadi, tidak hanya menambah ilmu, tapi juga membuat bahagia karena tidak lagi merasa jemu dengan mengeksplorasi kesukaannya.

“Seperti saya suka berolahraga, saya buat challenge, bagaimana caranya setengah bulan olahraga tidak putus dengan tetap stay at home. Bikin tantangan, besok mau ngapain. Me time semacam itu perlu supaya kita tidak stres,” ungkap ibu satu anak ini.

Menurutnya, hobi bisa juga dikembangkan untuk mendapatkan penghasilan. Dia mencontohkan, ibu yang hobi menjahit, bisa membuat masker untuk dijual di masa pandemi ini. Mereka yang suka memasak, bisa memproduksi masakan dan memasarkan mulai dari orang terdekat, seperti keluarga dan tetangga.

“Makanya ada Jogo Tonggo. Tetangga bisa gotong royong membantu belanja di tetangganya, teman, atau saudara. Cintai produk lokal, belanja untuk mereka dulu,” pesannya.

Atikoh juga meminta semua kader, termasuk bidan, untuk menyosialisasikan kenormalan baru kepada masyarakat. Gunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga mereka tak keliru menafsirkan kenormalan baru dengan mengira new normal adalah kembali normal seperti sebelum ada Covid-19.

Hal senada disampaikan Ketua Program Studi D3 Kebidanan Unimus, Dewi Puspitaningrum. Menurutnya, menjaga kondisi tubuh penting untuk meningkatkan imunitas.

“Selain dengan membiasakan cuci tangan pakai sabun dengan benar, menggunakan alat pelindung diri termasuk masker, juga mesti rajin berolahraga, istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, melakukan etika batuk dan bersin yang benar,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Program Studi S1 Bidan dan Profesi Unimus Lia Mulyati mengingatkan, dibanding orangtua, risiko terinfeksi Covid-19 pada anak-anak tidak terlalu tinggi. Namun, bukan berarti anak-anak tak bisa terinfeksi virus Corona. Dia mengungkapkan data dari IDAI per 18 Mei 2020, yang mencatat sebanyak 584 kasus positif Covid-19 pada anak, di mana 14 anak di antaranya meninggal karena Covid-19.

“Bayi baru lahir rentan terinfeksi Covid-19 karena fungsi imunitas belum sempurna. Karenanya, pemberian ASI harus diperhatikan agar tidak terjadi kontak droplet infeksius di udara,” ujarnya. (sir)

editor : ricky fitriyanto

Ajie MH.