in

Semarang Siapkan Skenario Pembukaan Sekolah 

SEMARANG (jatengtoday.com) – Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) banyak dikeluhkan masyarakat. Tidak hanya teknisnya yang dianggap merepotkan, tapi juga terkait biaya pembelian kuota internet yang selama ini dibebankan kepada orang tua siswa.

Pemkot Semarang saat ini mempertimbangkan untuk membuka sekolah dengan sistem pembelajaran tatap muka.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan pembelajaran daring masih akan dilakukan karena Pemkot Semarang belum ada kepastian mengenai kapan akan mulai pembelajaran tatap muka. Hendi mengaku hal tersebut perlu mempertimbangkan banyak hal.

“Salah satu syarat pembukaan sekolah adalah persetujuan orang tua. Kita tahu bahwa ada hal-hal yang harus kita selamatkan yaitu anak bangsa, terutama yang masih kecil. Salah satu syaratnya orang tua harus setuju, orang tua harus siap, selain itu soal zona harus hijau atau kuning,” ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Gunawan Saptogiri mengatakan pihaknya telah melakukan kajian dengan melibatkan berbagai pihak terkait rencana pembukaan sekolah secara tatap muka.

“Kami sudah melakukan kajian, nanti pelan-pelan untuk membuka kelas tatap muka. Salah satu syaratnya adalah persetujuan orang tua,” katanya.

Pihaknya juga telah menyiapkan skenario dalam pembukaan sekolah tatap muka. “Misalnya, jam pelajaran dilakukan 20 menit dan maksimal 3 jam dalam sehari, itu sudah sama istirahat,” terang dia.

Pihaknya mengaku telah mengundang para kepala sekolah di Kota Semarang, yakni Kepala TK, SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di Kota Semarang. Dalam pertemuan tersebut, hampir semua kepala sekolah sepakat menginginkan masuk sekolah dengan sistem tatap muka. “Tapi begitu kami mengundang perwakilan orang tua siswa, terutama TK, semua menolak untuk masuk dengan tatap muka,” katanya.

Untuk orang tua siswa SD sebagian menginginkan masuk sekolah dengan tatap muka. Sedangkan untuk orang tua siswa SMP semua menginginkan masuk sekolah dengan sistem tatap muka.

Adapun apabila diterapkan tatap muka, kemungkinan sistem pembelajaran di sekolah tidak full. “Siswa yang masuk sekolah separuh dari jumlah siswa setiap hari. Sistem masuk sekolah bergiliran dengan menggunakan nomor ganjil dan genap. Misalnya ganjil masuk hari Senin, genap masuk hari Selasa, Rabu ganjil, dan Kamis genap. Jumat-Sabtu pembersihan sekolah. Jam pembelajaran juga separuhnya, dalam arti siswa berada di sekolah tidak terlalu lama,” katanya. (*)

 

editor: ricky fitriyanto