in

Petani Tembakau Tolak Hujan Buatan untuk Padamkan Kebakaran Hutan. Mengapa?

SEMARANG (jatengtoday.com) – Si jago merah masih melalap hutan di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Gagasan membuat hujan buatan atau mengundang hujan lewat pawang, sempat tercuat karena api sulit dipadamkan secara konvensional. Medan yang terjal menjadi kendala.

Ketika mendengar rencana tersebut, para petani tembakau dengan tegas menyatakan penolakan. Pasalnya, lahan yang mereka garap sudah mendekati masa panen. Jika diguyur hujan, bisa dipastikan tembakau bakal gagal panen.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jateng, Wisnu Brata menjelaskan, kadar air yang tinggi membuat kualitas panen tembakau menurun. “Kalau dibikin hujan buatan, kami jadi gagal panen. Kerugiannya sampai miliaran rupiah,” tegasnya ketika dihubungi, Kamis (13/9/2018).

Dibeberkan, puncak masa panen tembakau akan datang pada periode Oktober-Desember mendatang. Artinya, tinggal beberapa bulan lagi, petani tembakau akan memanen kerja keras mereka.

“Lokasi kebakaran hutan sebenarnya juga tidak jauh dari lahan pertanian tembakau. Tapi memadamkannya jangan pakai hujan,” tandasnya.

Dia memprediksi, kondisi dan arah angin seperti sekarang, kurang efektif jika dilakukan hujan buatan. “Kalau hujan buatan dengan angin yang berhembus kencang seperti sekarang, dikhawatirkan airnya justru kemana-mana dan mengenai tanaman tembakau yang mau dipanen,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana menyebutkan bahwa para petani tembakau di Temanggung menolak pemanfaatan kearifan lokal berupa pawang hujan untuk memadamkan kebakaran hutan di lereng Gunung Sindoro-Sumbing.

“Saya masih bingung juga, mau mengundang pawang hujan, petani tembakau tidak boleh karena memasuki masa panen,” terangnya. (*)

editor : ricky fitriyanto