in

Pemkot Berencana Kembalikan Fungsi Kali Semarang jadi Jalur Kapal

SEMARANG (jatengtoday.com) – Rencana pengembangan kawasan Kota Lama terintegrasi dengan kawasan sekitarnya seperti Pecinan, Kampung Melayu dan Kampung Arab, terus disiapkan. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana mengembalikan Kali Semarang sebagai fungsi awal sebagai jalur kapal.

Dalam sejarah peradaban Kota Semarang, Kali Semarang yang membelah kawasan Pecinan, Pasar Johar, dan Kampung Melayu dulunya berfungsi sebagai jalur perdagangan. Di daerah Kampung Melayu dahulu menjadi tempat bersandar kapal-kapal pedagang.

Keberadaan pelabuhan Kota Semarang sebagai kota perdagangan di pesisir utara Pulau Jawa diperkirakan sudah berlangsung sejak era Kerajaan Mataram Kuno abad ke-8. Semarang menjadi pusat pelabuhan di era Kerajaan Mataram Kuno yang pusat pemerintahannya berada di Medang Jawa Tengah. Kota Medang diperkirakan berada di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan yang merupakan pusat Kerajaan Medang Kamulan. Hingga saat ini, benteng yang diduga bekas kerajaan kuno tersebut dalam kondisi terpendam di lahan persawahan milik penduduk dan belum mendapat penanganan dari pemerintah.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin mengatakan, kawasan Kota Lama memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam peradaban Kota Semarang.

“Kami sedang melakukan penataan agar kawasan Kota Lama dan kawasan sekitarnya seperti Pecinan, Kampung Melayu dan Kampung Arab, bisa terintegrasi. Termasuk mengembalikan fungsi Kali Semarang sebagaimana sejarahnya semula. Paling tidak agar bisa dilewati perahu, dikembalikan seperti zaman dulu,” terangnya, Kamis (5/9/2019).

Dijelaskannya, Kali Semarang memiliki sejarah penting karena menjadi jalur perdagangan di Jawa. Namun saat ini, kondisi Kali Semarang telah ditutup di muara pantai sebagai pengendalian banjir dan rob. “Saat ini setelah Kali Semarang ditutup, rob tidak lagi masuk,” katanya.

Namun demikian, lanjut Iswar, Kali Semarang tetap perlu dilakukan penataan karena memiliki nilai sejarah. “Sebab, Kali Semarang sebagai pengikat kawasan Pecinan, Kampung Melayu, Kota Lama, dan Kampung Arab. Empat kawasan tersebut diikat satu sungai pada zaman dulu,” bebernya.

Untuk melakukan penataan agar Kali Semarang bisa berfungsi sebagaimana sejarahnya zaman dahulu, sekaligus menjadi pengendali banjir dan rob, tentu tidak mudah. “Memang bukan pekerjaan yang mudah. Hal tersebut dibutuhkan kajian secara mendalam dan standar operational prosedur (SOP) yang matang. Karena Kali Semarang sebagai pengendali banjir. Maka dibutuhkan kajian secara detail, misalnya bagaimana menjaga elevasi, kedisiplinan operator, dan lain-lain,” katanya.

Sekretaris Dinas Tata Ruang (Distaru) Kota Semarang, M Irwansyah, sebelumnya mengatakan, terkait penataan Kota Lama masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang belum digarap.

“Mengenai anggaran, bisa dari pemerintah daerah, pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat, dan pemilik bangunan. Sambil jalan, kami upayakan untuk mencari anggaran. Seperti halnya pembangunan kawasan Kota Lama yang membutuhkan biaya cukup besar bisa dilaksanakan,” ujar dia.

Tidak hanya itu, lanjut dia, termasuk keberadaan benteng kuno di Kota Lama. Benteng tersebut akan dilakukan ekskavasi. “Di titik-titik tertentu nanti diperlihatkan. Tidak digali secara keseluruhan. Salah satunya struktur ujung benteng akan diperlihatkan dijadikan museum, yakni di daerah Bubakan,” katanya. (*)

editor : ricky fitriyanto