SEMARANG (jatengtoday.com) – Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Kemendikbud RI serta Fotografer Kontributor National Geographic mengungkapkan keprihatinannya atas mulai hilangnya kehidupan lama di Kota Lama Semarang.
“Kota Lama kan sudah dibangun, tapi orang-orang lamanya masa nggak kelihatan. Saya kesini itu pengen melihat kehidupan lama, ada tukang becak, tukang air, dan segala macem. Kok malah tersingkir,” jelas Fotografer Natgeo, Feri Latief, saat mengisi seminar di Kota Lama beberapa waktu lalu.
Menurut dia, hilangnya kehidupan lama di Kota Lama juga akan berpengaruh terhadap hasil foto.
Feri mengatakan revitalisasi Kota Lama Semarang yang saat ini dilakukan terlalu ‘kosmetik’. “Silakan lah dibangun, tapi jangan bikin kosmetik lah. Biarin yang alami, yang sudah berjalan puluhan tahun di sini, tetap berjalan,” imbuh Feri.
Hanya saja, lanjutnya, diatur kembali supaya lebih rapi dan perekonomian warga setempat bisa lebih baik. Sehingga, kemajuan di Kota Lama akan berbanding lurus dengan kesejahteraan warga.
“Sekarang kan komunitas banyak, ada komunitas vespa, kasih tempat tongkrongan yang enak, tukang becak kasih dong tempat mangkal yang enak. Sekarang bagaimana coba wong banyak pager-pager gitu,” celetuk Feri.
Sementara itu, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Kemendikbud RI Junus Satrio Atmodjo menambahkan, alasan penetapan Kota Lama Semarang menjadi salah satu kawasan cagar budaya nasional adalah untuk menjaga identitas yang ada.
Junus menyebut, identitas yang dimaksud adalah sebuah praktik. Seperti warung, makanan khas, tukang becak, tukang ojek beserta pangkalannya, serta masih banyak lagi.
Menurutnya, jika identitas itu kemudian dihilangkan karena pembangunan, maka dengan sendirinya sejarahnya juga hilang.
“Maka yang harus dipikirkan adalah bagaimana pemerintah bersama komunitas dan masyarakat untuk mempertahankan identitas itu,” jelasnya.
Sebab, lanjutnya, orang yang berkunjung ke Kota Lama Semarang tentu tidak ingin melihat bangunan-bangunan baru dengan kehidupan barunya. “Tapi justru bangunan lama dan kehidupan orang lamanya,” ungkapnya.
Pegiat Kota Lama Semarang, Yuliansyah Ariawan juga mengungkapkan keprihatinannya. Apalagi, belum lama ini dia baru mendapat kabar bahwa dua becak yang mangkal di kawasan Kota Lama diciduk oleh Satpol PP Kota Semarang, Jumat (20/9/2019).
“Ada dua becak yang mangkal di Jembatan Berok (Kota Lama) diangkut Satpol. Yang diambil hanya joknya, karena truk yang ngangkut nggak cukup untuk bawa becak,” cerita Ari, sapaannya.
Padahal, lanjutnya, baru-baru ini ada relawan dari swasta yang memberi pelatihan kepada tukang becak supaya menjadi becak wisata di Kota Lama. Becaknya juga sudah diperbaiki supaya tampilannya lebih menarik.
“Tujuan diadakan itu adalah untuk memberi penghasilan tambahan untuk warga lokal. Kalau becak-becak di razia, sedang keahlian mereka hanya mbecak dan tidak ada solusi lain, lalu mereka mau jadi apa?” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto