DEMAK – Kelompok Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 164 Universitas Diponegoro menyelenggarakan pelatihan pembuatan ecoenzyme dan pelatihan budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) bagi warga Desa Loireng, Kabupaten Demak. Kegiatan pada Sabtu (26/7/2025) tersebut merupakan upaya meningkatkan kepedulian warga setempat terhadap pengelolaan limbah organik agar memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.
Akbar Arsyadani, Ketua KKN-T 164 Undip mengatakan bahwa limbah organik yang terus meningkat dari waktu ke waktu, terutama akibat tingginya aktivitas konsumsi rumah tangga seperti memasak, mengolah makanan, dan mengonsumsi buah serta sayur.
Limbah organik yang dihasilkan setiap hari umumnya mengandung kadar air tinggi, mudah membusuk, dan jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan bau tidak sedap, menjadi sarang penyakit, hingga memicu emisi gas metana yang mempercepat pemanasan global.
“Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kontribusi nyata kami dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan sekaligus pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah organik secara mandiri dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Akbar menambahkan, pelatihan ecoenzyme difokuskan kepada ibu-ibu PKK Desa Loireng yang dinilai strategis dalam menyebarluaskan kebiasaan positif di tingkat rumah tangga.
Peserta mendapatkan penjelasan mengenai konsep ecoenzyme, manfaatnya bagi lingkungan, serta cara membuatnya melalui fermentasi limbah organik seperti kulit buah dan sayur menjadi cairan multifungsi yang dapat digunakan sebagai pembersih alami, pupuk cair, dan pengusir hama. Sesi ini dilengkapi dengan demonstrasi langsung, pembagian booklet panduan, serta video tutorial agar peserta dapat mempraktikkan kembali di rumah.
Sementara itu, pelatihan budidaya maggot ditujukan bagi seluruh lapisan masyarakat, mulai dari ibu rumah tangga, tokoh masyarakat, pemuda, hingga perangkat desa. Materi yang disampaikan meliputi karakteristik maggot BSF, siklus hidupnya, manfaatnya dalam mengurai sampah organik hingga 80–90%, dan potensi ekonominya sebagai pakan ternak serta penghasil kompos organik.

Pada sesi praktik, peserta diajak melihat langsung proses pemberian pakan limbah organik kepada maggot dan cara memeliharanya agar produktif.
Kedua pelatihan ini mendapat sambutan positif dari warga.
“Kami percaya bahwa edukasi mengenai pengelolaan sampah yang tepat tidak hanya membantu mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” kata Akbar.
Ketua PKK Desa Loireng, Syafa’ati, S.Pd., menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa KKNT-164 Undip yang telah membawa inovasi pengelolaan limbah organik yang mudah diterapkan di rumah. Harapannya, warga dapat mengubah sampah organik yang semula menjadi masalah menjadi sumber manfaat ekonomi dan lingkungan.
Melalui kegiatan ini, masyarakat Desa Loireng dibekali pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk mengelola limbah organik secara efektif. Sinergi antara pembuatan ecoenzyme dan budidaya maggot diharapkan menjadi gerakan bersama yang berkelanjutan, menciptakan lingkungan desa yang lebih bersih, sehat, mandiri, dan ramah lingkungan. (*)
Artikel ini disusun oleh Tim KKN-T 164 Universitas Diponegoro
