SEMARANG (jatengtoday.com) – Dampak panjangnya musim kemarau di Jateng sudah terasa. Mulai dari kekeringan di nyaris seluruh wilayah, hingga kebakaran hutan di empat lereng gunung.
Meski sudah mengkhawatirkan, kondisi itu diperkirakan akan makin parah karena musim kemarau masih enggan pergi. Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Semarang, musim penghujan tahun ini mengalami kemunduran.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kota Semarang, Tuban Wiyoso mengungkapkan, datangnya musim penghujan bakal mundur dari prediksi semula. Hujan baru mulai mengguyur wilayahnya mulai tiga dasarian mendatang. Hal itu disebabkan karena fenomena badai El Nino yang kini semakin melemah dan mempengaruhi siklus musim penghujan.
“Karena fenomena El Nino, musim kemarau jadi lebih lama dari seharusnya,” jelasnya, Rabu (12/9/2018).
Dia memerkirakan, awal musim penghujan bakal muncul bervariasi antara awal November atau bisa jadi akhir tahun. “Puncak curah hujan menurut pengamatan citra satelit kami, kemungkinan besar akan berlangsung sejak Desember sampai Februari tahun depan,” imbuhnya.
Dijelaskan, saat peralihan musim dari kemarau ke penghujan, akan sering terjadi angin kencang. Fenomena alam itu berpotensi menjadi puting beliung. Angin kencang akan terjadi siang menuju sore hari.
Karena itu, dia mengimbau kepada warga Jateng untuk waspada. Termasuk yang beraktivitas di dunia penerbangan supaya waspada akan munculnya Awan Cumolonimbus (CB).
“Masyarakat diminta berhati-hati jika terjadi puting beliung yang berbarengan dengan hujan petir. Apalagi awan CB berpotensi muncul siang sampai sore,” jelasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto