SEMARANG (jatengtoday.com) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng punya cara sendiri untuk melindungi seluruh desa dari risiko bencana. Sebab, selama ini, bencana alam justru banyak terjadi di desa. Terutama angin puting beliung dan tanah longsor.
Bencana di desa biasanya menyimpan banyak risiko. Selain korban jiwa, distribusi bantuan bisa dibilang banyak menemui halangan. Jika satu-satunya jalan keluar-masuk desa sudah lumpuh, desa yang terkena bencana akan terisolasi.
Karena itu, BPBD Jateng membuat desa tangguh bencana di seluruh daerah. Ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mengurangi dampak risiko bencana bagi masyarakat.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sarwa Pramana menjelaskan, setiap desa akan diminta menyiapkan fasilitas di masing-masing balai desa masing-masing. “Itu untuk dijadikan sebagai tempat pengungsian saat terjadi bencana,” jelasnya, Minggu (15/4).
Seluruh balai desa itu diharapkan bisa difasilitasi untuk ditempati oleh masyarakat yang mengungsi saat terjadi bencana. “Yang paling penting tolong ditambah MCK-nya karena pada saat pengungsian menjadi sangat kurang dan dibutuhkan para pengungsi,” ujarnya.
Sarwa menjelaskan, penanganan penanggulangan bencana menjadi urusan dan tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, tidak hanya pemerintah, melainkan masyarakat serta dunia usaha. Saat satu daerah terdampak bencana, maka kabupaten/kota lainnya dan seluruh pemangku kepentingan harus turun ke lapangan untuk membantu penanganan bencana.
“Saya tidak mau bicara lembaga BPBD alatnya terbatas, lembaganya baru, tapi bagaimana kita mendorong satu daerah terdampak bencana, kabupaten lainnya merapat supaya bisa menutup kekurangan logistik dan sebagainya,” tegasnya.
Sebagai upaya mengurangi sampak risiko bencana, BPBD Jateng memasang secara bertahap alat peringatan dini bencana alam di sejumlah titik yang dianggap rawan. (ajie mh)
editor : ismu puruhito