MAGELANG (jatengtoday.com) – Masyarakat di sejumlah desa di sekitar Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah beraktivitas secara normal pascaerupsi dengan tinggi kolom 2.000 meter dari puncaknya pada Kamis (13/2/2020) pagi. Di wilayah ini tidak sampai terdampak hujan abu akibat erupsi tersebut.
Koordinator Organisasi Pengurangan Risiko Bencana Desa Srumbung, Ahmad Muslim mengatakan, warga setempat beraktivitas seperti hari-hari biasa setelah keluarnya awan panas dari Gunung Merapi. “Ada yang ke sawah, kegiatan di Pasar Sumbung juga ramai, kebetulan hari ini hari pasaran,” kata Muslim yang juga Kepala Urusan Perencanaan Desa Srumbung itu.
Ia menyebut tidak terjadi hujan abu di desanya yang berjarak sekitar 12 kilometer arah barat daya puncak Gunung Merapi. Sekitar pukul 07.10, puncak Gunung Merapi tidak terlihat dari desanya karena tertutup kabut.
Seorang pemuka warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yatin, juga menyebut aktivitas warga yang tinggal di desa sekitar 10 kilometer barat daya dari puncak Merapi normal. Di desa setempat juga tidak terjadi hujan abu.
“Tadi memang ada letusan, tetapi tidak berpengaruh terhadap aktivitas warga di sini, tidak panik seperti 2010 dulu (erupsi besar Merapi, red.),” katanya.
Sementara, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan, erupsi Merapi pada hari ini mengakibatkan hujan abu di beberapa wilayah. Daerah yang terdampak hujan abu tipis tersebut yaitu di Kaliadem Lama, Desa Kepuharjo, Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan.
“Sedangkan di Kecamatan Pakem hujan abu tipis terpantau di Bukit Turgo dan sekitarnya,” katanya.
Menurut dia, saat ini kondisi sudah kondusif dan tidak sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat lereng Merapi. “Situasi masyarakat di kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi saat ini masih beraktivitas seperti biasa, demikian juga para wisatawan justru mendapatkan pengalaman baru dan berwisata seperti biasa,” katanya.
Ia mengatakan, saat ini status Gunung Merapi belum berubah dan masih pada status Level II atau waspada. Sedangkan untuk rekomendasi potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan material vulkanik. Area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi agar tidak ada aktivitas manusia dan masyarakat agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif.
“Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak Gunung Merapi dan agar mematuhi semua imbauan yang diberikan oleh petugas di lapangan,” katanya.
BPPTKG Yogyakarta menyebutkan Gunung Merapi pada Kamis, 13 Februari 2020, pukul 05.16 WIB mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati ± 2000 meter di atas puncak (± 4968 meter di atas permukaan laut).
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat laut. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 75 mm dan durasi 105 detik. (ant)
editor : tri wuryono
in Peristiwa