SEMARANG (jatengtoday.com) – Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) sempat menuai pro dan kontra. Tapi jika dikulik lebih dalam, RKUHP menyimpan nilai-nilai Pancasila yang menjadi pegangan negara.
Pendiri Rumah Pancasila dan Klinik Hukum Semarang, Theodorus Yosep Parera menuturkan, RKUHP ini memungkinkan penyelesaian suatu tindak pidana di satu tempat dan tempat lain akan berbeda. Sebab, RKUHP ini yang digadang-gadang segera menggantikan KUHP buatan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda ini adalah aturan yang sangat Pancasilais.
“Di RKUHP ini kultur budaya setempat dipertimbangkan untuk menjatuhkan pidana,” ucapnya saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional RKUHP di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Selasa (5/11/2019).
Dikatakan, RKUHP tidak meninggalkan garis besar UUD 1945 dan Filosofi Pancasila. Sebab itulah, aturan yang dibuat lewat pasal-pasalnya tentu mempertimbangkan kultur dan budaya asli Indonesia.
“Jadi bisa sangat mungkin, misalnya ada perzinaan di Jawa dan di Papua akan berbeda penanganannya,” ucapnya.
Yosep menegaskan, aturan yang dibuat untuk diterapkan di Indonesia ini harus Pancasilais. Ini sesuai keinginan founding fathers bangsa ini ketika memerdekakan Indonesia.
“Pasal-pasal di RKUHP itu tentu untuk diterapkan pada manusia. Karena hukum ini dibuat manusia untuk manusia,” tegasnya.
Prof Barda Nawawi, yang juga jadi pemateri seminar, menyebut penyusunan RKUHP ini sudah memakan waktu panjang. Bahkan sudah ada beberapa profesor yang sebelumnya ikut menyusun kini sudah meninggal dunia.
“Saya yang paling tua, yang masih hidup,” bebernya.
Selain Prof. Barda dan Yosep Parera, tampil sebagai pemateri pada seminar tersebut adalah Prof. Achmad Gunaryo selaku Guru Besar Mata Kuliah Ilmu Hukum UIN Walisongo Semarang.
Kegiatan seminar tersebut diikuti ratusan peserta, terutama para mahasiswa dari UIN Walisongo Semarang. Seminar juga makin meriah dengan hiburan dari Rumah Pancasila dan Klinik Hukum.
Mereka menampilkan Tari Saman asal Aceh dan Band Rumah Pancasila yang membawakan sejumlah lagu buatan sendiri bernuansa keindonesiaan maupun lagu daerah. Yosep Parera juga sempat menghibur para peserta seminar dengan membacakan puisi karyanya sendiri yang bercerita soal Papua. (*)
editor : tri wuryono