in

Mengenang Bambang, Petugas KPPS di Semarang yang Meninggal Akibat Kelelahan Bertugas

SEMARANG (jatengtoday.com) – Bambang Saptono (52) memperpanjang deretan nama petugas pemilu yang gugur. Ia meninggal akibat kelelahan bertugas sebagai anggota Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS) di Semarang pada 17 April lalu.

Bambang menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (24/4/2019) petang sekitar pukul 17.30. Rencananya jenazahnya akan dimakamkan pada Kamis (25/4/2019), di TPU Bergota Semarang sekitar pukul 14.00.

Menurut keponakan almarhum, Bambang Naga Pratono, pasca menjadi petugas di TPS 12, Kelurahan Barusari, Kecamatan Semarang Selatan, kesehatan Bambang langsung menurun. Riwayat sakit livernya kambuh karena kerja lembur.

“Sejak tanggal 16 April, almarhum sudah mulai kegiatan, persiapan pencoblosan, kerja terus, dari pagi sampai pagi lagi. Lembur karena tanggung jawab, demi melaksanakan tugasnya dengan baik,” ujar Naga di rumah duka, Jalan Kaligarang Nomor 21 Semarang, Kamis (25/4/2019).

Menurut Naga, setelah penghitungan suara pada Kamis (18/4/2019), almarhum mengeluh sakit pada bagian perutnya. Karena kesehatannya turun drastis, akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Tentara (RST) Semarang.

Usai dirawat inap di RST, kesehatannya mulai membaik dan sempat dibawa pulang kembali oleh pihak keluarganya. Namun, pada Selasa (23/4/2019), kesehatan Bambang kembali ngedrop, keluarga membawanya ke IGD RSUP dr Kariadi Semarang.

“Dibawa ke IGD RS Kariadi, rawat inap juga karena sudah sangat ngedrop dirujuk ke ICU, tapi belum sampai rawat ICU meninggal dunia,” imbuhnya.

Jenazah almarhum lalu dibawa pulang ke kediamannya. Para tetangga dan anggota KPPS TPS 12 ramai melayat. Tak hanya itu, rekan petugas pemilu di tingkat kecamatan juga datang melayat. Termasuk dari jajaran Bawaslu dan KPU.

“Alhamdulillah banyak yang melayat. Dari KPU, Bawaslu, dari gubernur juga datang. Bu Ita juga datang,” beber Naga.

Sementara itu, Ketua KPPS 12, Basuki Suwandani mengungkapkan, di mata rekan anggota KPPS, sosok Bambang Saptono merupakan pekerja yang giat, bertanggung jawab kepada tugasnya.

“Sebelum pencoblosan dia sudah sakit, mukanya pucat dan bola matanya menguning, tapi tak dirasakan karena dia merasa bertanggungjawab pada tugasnya sebagai KPPS dan ikut bertugas lembur,” tuturnya.

Basuki bersama rekan KPPS lainnya, sebenarnya sudah bersiap menjenguk almarhum pada Rabu sore karena mendengar kondisi almarhum menurun saat rawat inap di RS Kariadi.

“Kita mau berangkat menjenguk tapi malah mendapat kabar beliau meninggal dunia, kami sangat kehilangan sosok yang rajin dan bertangungjawab pada Pak Bambang,” ujar Basuki.

Basuki mengakui jika proses pencoblosan sampai penghitungan suara yang sangat ribet dan panjang mengakibatkan para petugas KPPS kelelahan. Termasuk Bambang yang akhirnya kondisi kesehatannya menurun drastis.

“Sebenarnya tak ada kendala tapi karena proses administrasi yang panjang dan ribet kami lelah, yang paling bikin capek saat penghitungan dan laporan saksi juga administrasi karena manual,” jelasnya.

Pihaknya berharap, bagi pemerintah dan penyelenggara Pemilu yakni KPU untuk Pemilu kedepannya agar pemilihan presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, DRPD Kabupaten/Kota hendaknya bisa dipisah.

“Untuk pemerintah KPU itu pencoblosan jangan dijadikan satu, pemilihan Presiden, DPD, DPRD DPR RI itu terlalu lama dan ribet. Pemilu kedepan dibuat se simple mungkin karena kelelahan rentan dengan kesalahan,” harapnya. (*)

editor : ricky fitriyanto