SEMARANG – Manajemen penyedia aplikasi transportasi online diminta sportif terkait menjalin kontrak kerja dengan driver. Pemberian rating bintang satu yang diberikan kostumer, bukan nilai mutlak untuk melakukan putus mitra. Apalagi nilai itu hanya diberikan segelintir kostumer saja.
Direktur Indonesia e-Fraud Watch (IEW) sekaligus pakar Informasi Teknologi (IT), Solichul Huda menjelaskan, pihak manajemen perlu klarifikasi kepada kostumer terkait pemberian nilai. Sebab, bisa jadi ada kostumer yang ‘sakit hati’ dengan keberadaan transportasi online. Bisa jadi, memang kostumer itu memang memberikan rating dan komentar jelek kepada semua driver.
“Seharusnya ada verifikasi kalau input berasal dari tangan manusia. Verifikasi ini yang akan meminimalisasi terjadinya fraud. Dasar penentuannya tidak boleh mutlak. Sebaiknya sistem penilaian driver juga dipertimbangkan metode untuk menghitung kecenderungan, yaitu cenderung baik atau tidak,” paparnya, Rabu (20/12/2017).
Menurutnya, pihak manajemen harus memberikan data asli untuk pembuktian bahwa data pemberian bintang masih orisinil tanpa ada modifikasi sedikit pun. Para driver mencurigai bahwa ada fraud selama mereka tidak memperoleh data asli termasuk identitas pemberi nilai. “Kasus ini bisa dibilang fraud karena driver online merasa ada yang merubah data bintangnya,” tuturnya.
Kostumer pun perlu hati-hati dalam memberikan komentar buruk. Sebab, jika komentarnya tidak mengenakkan, bisa terancam pidana dijerat UU ITE Nomer 19 Tahun 2016 Pasal 27 Ayat 3. “Kalau ada komentar yang tidak mengenakkan, seperti drivernya jelek, dan yang tidak ada kaitannya dengan service, bisa dipidanakan. Ancamannya 4 tahun penjara karena pencemaran nama baik,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Aliansi Driver Online (ADO) Jateng, Alam Adi Wibowo menilai, selama ini pihak manajemen tidak pernah melakukan verifikasi dan validasi terkait komentar negatif dan rating bintang satu. Hanya melihat rating saja tanpa melakukan investigasi dahulu.
“Kami diberikan kesempatan untuk membela diri lewat input. Tapi sepertinya tidak digubris. Manajemen hanya mendengar satu pihak saja, yakni kostumer. Kalau sudah dapat bintang satu selama tiga kali, ya sudah, terancam kena putus mitra,” tegasnya. (ajie mh)
Editor: Ismu Puruhito