SEMARANG (jatengtoday.com) – Diakui atau tidak, diskriminasi perempuan masih kerap menjadi persoalan. Dalam berbagai konteks, perempuan cenderung masih diposisikan menjadi pihak lemah dan rentan menjadi korban.
Meski lambat laun persoalan diskriminasi perempuan ini mulai bisa diperjuangkan agar memiliki kesetaraan dalam kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, budaya hingga politik.
Politisi Partai Nasdem, Eva Yuliana mengakui diskriminasi dan kesetaraan perempuan menjadi permasalahan penting yang harus diperjuangkan bersama.
“Kami di Nasdem sendiri berkomitmen memperjuangkannya melalui berbagai program untuk memberdayakan kaum perempuan” kata Eva Yuliana di Semarang, Jumat (15/2/2019).
Maka dari itu, kata dia, penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) berbasis peningkatan kesejahteraan kaum perempuan harus dimaksimalkan.
“Secara konkret, komitmen ini telah dilaksanakan melalui kegiatan berbagai pelatihan. Baik pelatihan keterampilan maupun kemandirian untuk mendorong peningkatan kesejahteraan kaum perempuan, hingga di tingkat daerah,” ungkapnya.
Pada prinsipnya, Eva menegaskan komitmen Partai Nasdem untuk mengakomodasi kepentingan perempuan Indonesia. “Ini dibuktikan dengan menempatkan caleg- caleg perempuan hampir 40 persen, dan kepemimpinan di DPP, DPW hingga di posisi kepala daerah,” katanya.
Di lapisan masyarakat paling bawah, lanjutnya, dilakukan pelatihan kewirausahaan mandiri, keterampilan, dan seminar peningkatan pengetahuan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Semangatnya, kami memperjuangkan agar perempuan mendapatkan hak-haknya sesuai yang dibutuhkan,” jelas caleg dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Tengah V yang meliputi Sukoharjo, Klaten, Boyolali, dan Solo ini.
Program yang bersentuhan langsung dengan fokus pemberdayaan ini akan dijalankan dengan menempatkan diri selaku “penyambung hati dan aspirasi” perempuan dengan konsisten.
Hal itu diamini Ketua DPP Partai Nasdem, Irma Chaniago. Pihaknya menempatkan kaum perempuan agar bisa berkompetisi dalam menempati posisi strategis di masyarakat maupun lembaga negara.
Untuk mendukung dan membuktikan keseriusan dalam pengkaderan perempuan, dimanifestasikan dengan adanya sayap organisasi perempuan bernama Garnita Malahayati.
“Garnita Malahayati ini dijadikan Kawah Candradimuka untuk penggodokan perempuan yang mau terjun ke dunia politk, ekomoni dan budaya,” kata Ketua Umum Garnita Malahayati ini.
Sementara itu, Komisioner Komnas Perempuan, Masruchah mengatakan penguatan peran dan kapasitas perempuan baik di parlemen maupun di pemerintahan harus didasarkan pada suatu sistem, bukan didasarkan pada pribadi atau perorangan.
“Maka representasi perempuan di kementerian maupun di parlemen harus bisa menyuarakan persoalan diskriminasi dan kesetaraan terhadap perempuan,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto