SEMARANG (jatengtoday.com) – Siapa yang tidak mengenal sinetron “Para Pencari Tuhan” ? Serial bersambung berdurasi 1,5 jam yang ditayangkan setiap hari selama bulan Ramadan di stasiun televisi swasta menjelang sahur. Dikomandoi aktor senior Deddy Mizwar, serial ini sempat melegenda di layar kaca Indonesia karena berjilid-jilid dan seperti tak pernah tamat.
Hal yang tidak banyak diketahui publik adalah peran sejumlah generasi muda di bawah bimbingan Deddy Mizwar yang menahkodai alur kisah di balik layar sinetron tersebut. Syaikhu Luthfi misalnya. Dia adalah salah satu penulis naskah Para Pencari Tuhan. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu mengaku memiliki kisah panjang sehingga menjadi bagian tim penulis naskah di sinetron tersebut.
Dia mengaku tak menyangka bisa meniti karier dalam dunia perfilman. Bahkan sejak masih berstatus sebagai mahasiswa telah meraih karier gemilang. Namun setiap hal di dunia ini tidak ada yang tiba-tiba. Begitupun Luthfi, sapaan akrabnya.
“Awal perjalanan saya mengenal dunia perfilman ketika masuk kuliah di Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang pada 2012. Saya bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) KSK Wadas. Di UKM tersebut terdapat divisi perfilman, divisi teater, musik, dan gamelan panembromo,” beber Luthfi usai diwisuda di Auditorium II Kampus III UIN Walisongo Semarang, Rabu (28/8/2019).
Pada mulanya, Luthfi mengaku tidak berminat memdalami perfilman. Ia lebih tertarik ke bidang musik dan teater. “Namun pada semester 3, saya dimintai tolong untuk menjadi pengurus di divisi perfilman. Merasa memiliki tanggung jawab atas amanah yang saya emban, mau tidak mau saya harus belajar soal film. Masak jadi pengurus perfilman, tapi tidak paham film, pikir saya saat itu,” tuturnya.
Akhirnya, dia belajar bersama para senior di Wadas. Selain itu, Luthfi juga bergabung di media komunitas Walisongo TV untuk menambah ilmu audio visual.
“Saya belajar dari nol kepada senior-senior seperti Mas Imron Sholihin, dan lain-lain. Selain itu saya juga diajak belajar kepada para sineas di Kota Semarang dan Kendal,” kata mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) ini.
Luthfi mulai mengenal berbagai ilmu audio visual mulai dari kamera, directing, editing dan lain sebagainya. Singkat cerita, setelah memiliki sedikit modal pengetahuan tentang film, ia memberanikan diri untuk membuat film pendek. Akhirnya lahir beberapa karya film pendek, salah satunya adalah film berjudul “Mbobot” (The Grey Heritage) pada 2017. “Mbobot ini menjadi film pendek yang kami garap secara serius dan saya ikutkan di berbagai festival film nasional hingga international. Alhamdulillah, responnya baik,” katanya.
Bahkan Luthfi tak mengira karya film pendek itu bisa menjadi finalis, nominator dan juara. Bahkan tidak hanya level nasional, tapi juga bisa menembus internasional. “Untuk nasional ada di Toraja, Tangerang, Padang, dan Jakarta. Untuk internasional juga menjadi finalis International Film Festival di Italia. Di Bangladesh juga pernah discreening di salah satu kampus di sana,” katanya.
Melalui Film Mbobot inilah yang menarik perhatian salah satu senior Amiruddin Olland, penulis skenario Serial Ramadan Para Pencari Tuhan jilid 9 dan 10.
“Mas Amir menawarkan saya untuk mengubah film pendek ‘Mbobot’ yang berdurasi 29 menit menjadi film yang berdurasi 80 menit. Tanpa pikir panjang, saya langsung iyakan tawaran itu,” katanya.
Akhirnya film Mbobot diadaptasi, dan terciptalah film berjudul “Mitos”. Film ini ditayangkan di SCTV pada program Sinema Wajah Indonesia. “Beberapa bulan kemudian saya bergabung dengan tim kreatif skenario Sinetron ramadan “Cuma di Sini”. Dari situlah, saya belajar menulis skenario film panjang bersama Mas Amir dan Mas Wahyu HS, penulis lorong waktu. Selain itu saya juga belajar langsung dengan Pak Deddy Mizwar,” beber warga Jalan Sedayu Sawo II Nomor 27 RT 9 RW 2 Bangetayu Wetan, Genuk, Kota Semarang.
Kemampuan Luthfi semakin terasah, bahkan ia dipercaya untuk menulis beberapa skenario FTV. Di antaranya FTV berjudul Mitos, Rebutan Rejeki, dan Sontoloyo. “Untuk Film Sontoloyo ini pada 2019 ini masuk menjadi nominasi penulis skenario film televisi terpuji di ajang Festival Film Bandung. Semenjak itu, saya menjalin hubungan baik dengan Pak Deddy Mizwar,” katanya.
Gayung terus bersambut, pria kelahiran 25 Agustus 1994 itu dipercaya untuk menulis serial ramadan Para Pencari Tuhan jilid 12 bersama dua penulis lain. “Saat ini saya sedang menyiapkan skenario film layar lebar pertama saya. Selain itu, saya dipercaya kembali oleh Bapak Deddy Mizwar untuk kembali menulis skenario Para Pencari Tuhan Jilid 13,” ungkap pria yang hobi nonton film dan mendaki gunung itu.
Luthfi mengaku minat dalam hati sebetulnya adalah menjadi sutradara. Namun karena kesempatan yang ada sebagai penulis skenario, mau tidak mau harus belajar menulis skenario. “Untuk masuk ke dunia industri perfilman, saya bercita-cita menjadi sutradara film bertaraf international,” ujar mahasiswa yang lulus di semester 14 dengan hasil cumlaude ini. (*)
editor : ricky fitriyanto