SEMARANG (jatengtoday.com) – Aksi terorisme di Mabes Polri dilakuan generasi milenial. Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jateng, H Sholahuddinn Aly menilai, aksi terorisme yang dilakukan oleh usia milenial membuktikan bahwa doktrin radikalisme tengah menjalar di usia anak muda.
“Aksi teror di Mabes Polri oleh pelaku yang usia milenial ini sudah mencapai level mengkhawatirkan,” ucap Gus Sholah, panggilan akrabnya, Kamis (1/4/2021).
Baca juga: Bandara Ahmad Yani Semarang Tingkatkan Keamanan, Tutup Celah Terorisme
Karena itu, dirinya meminta seluruh pihak terkait untuk lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi guna mencegah paham radikalisme.
Selain itu, beredarnya tulisan wasiat yang disebut tulisan tangan pelaku penyerangan teror Mabes Polri, juga menyinggung mengenai permintaan ke keluarganya agar menonton tayangan kajian dakwah.
“Ini alarm keras bahwa doktrinasi paham radikalisme di internet memang sudah mengkhawatirkan,” terangnya.
Memang, lanjutnya, terdapat sejumlah akun media sosial di semua platform yang menyebarkan konten mengarah pada doktrin radikalisme.
Baca juga: Tokoh Lintas Agama Semarang Berkumpul, Kecam Aksi Terorisme di Makassar
“Ini persoalan serius yang harus segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait,” tegasnya.
Menurutnya, aparat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Densus 88 Mabes Polri, hingga personel TNI merupakan aktor penting dalam upaya pencegahan terorisme.
Meski begitu, persoalan penanggulangan terorisme di Indonesia tidak mungkin hanya bisa dilakukan aparat semata. Perlu menggandeng semua komponen masyarakat untuk memiliki tanggungjawab terhadap masa depan bangsa.
“Elemen masyarakat di semua tingkatan merupakan garda terdepan untuk mencegah bibit tumbuhnya terorisme,” ujarnya.
Baca juga: Antisipasi Aksi Teror di Jateng, Polda Kerahkan Pasukan Jaga Gereja dan Tempat Keramaian
Ditegaskannya, aksi teror di Gereja Katedral Makassar hingga serangan ke Mabes Polri merupakan muara dari proses indoktrinisasi para pentolan teroris yang tersambung dengan para eksekutor di lapangan.
“Disinilah pentingnya masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap penyebaran nilai atau paham yang mengarah pada radikalisme dan terorisme,” katanya.
Kemudian, lanjutnya, para penganut paham radikalisme ini rata-rata memaknai ajaran agama dengan tafsir kekerasan yang kaku dan intoleran.
“Perlunya mengedepakan prinsip wasathiyah, pentingnya menggencarkan gerakan moderasi beragama di masyarakat,” tandasnya.(*)
editor: ricky fitriyanto