SEMARANG (jatengtoday.com) – Virus Corona atau Covid 19 sudah menyebar di puluhan negara, tak terkecuali Indonesia. Namun, masyarakat diimbau tetap tenang karena ketakutan yang berlebihan justru dapat memperlemah kekebalan tubuh dari virus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang M Abdul Hakam mengungkapkan, tidak bisa dipungkiri bahwa virus corona bisa menular. Namun hal itu memang merupakan ciri umum dari sebuah virus.
“Karena terlalu dibesar-besarkan, kemudian yang terjadi semua pada panik. Orang kalau panik, gelisah nambahi stres. Kalau sudah begitu daya tahan tubuh turun,” jelas Hakam dalam sosialisasi menghadapi virus corona di PMI Kota Semarang, Rabu (4/3/2020).
Dia menambahkan, jika dilihat dari persentasi kematian ternyata juga tidak banyak. Umur 0-9 tahun sampai saat ini belum ada korban meninggal. Pada umur 9-40 tahun angka kematiannya hanya 0,2 persen.
“Jadi sebetulnya virus corona ini tidak terlalu mematikan jika dibandingkan dengan virus yang dulu juga sempat menghebohkan, SARS, dan MERS,” ungkap Hakam.
Kemudian, penderita virus corona usia 40-50 tahun angka kematiannya hanya 0,4 persen. Lalu pada usai 50-60 menjadi 1,3 persen. Terus meningkat pada usia 60-70 tahun angka kematian menjadi 3,6 persen.
“Bahkan usia di atas 80 tahun juga tidak terlalu banyak. Virus SARS dulu angka kematiannya mencapai 10 persen,” imbuhnya.
Pengurus PMI Kota Semarang, Muchlis Achsan Udji Sofro menambahkan, berdasarkan data yang dihimpun, secara global ada 82.294 kasus yang terkonfirmasi.
Yang terbanyak masih di Tiongkok yang menjadi basis virus corona. Tercatat kasus yang terkonfirmasi mencapai 78.630 orang, dengan tingkat kematian 3,49 persen atau 2.747 korban.
Sementara di luar Tiongkkk terdapat 3.644 kasus konfirmasi dengan 57 kematian. Di Indonesia sendiri, kata Muchlis, ada 136 orang yang diperiksa, semuanya negatif. “Baru kemarin terbukti ada 2 orang yang positif virus corona,” paparnya.
Dia juga menegaskan, secara umum, dari jumlah orang yang terpapar tersebut nyatanya banyak yang bisa sembuh. Sehingga tidak sepatutnya menyikapi secara berlebihan. (*)
editor: ricky fitriyanto