in

Ini Fungsi Manik-manik Bekal Kubur di Zaman Dulu, Sudah Tahu?

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pada zaman dahulu, manik-manik dijadikan sebagai bekal kubur.

Menurut Kurator Museum Ranggawarsita, Rara, pada era prasejarah, ada yang percaya bahwa selepas mati manusia akan hidup lagi, karenanya dibekali perhiasan berupa manik-manik.

Ini diketahui sejak adanya penelitian arkeologi yang menemukan manik-manik terkubur bersama kerangka tubuh manusia.

Pemandu Museum Ranggawarsita, Agung Nugroho mengungkapkan, lokasi penemuan sangat menentukan fungsi dari manik-manik itu sendiri.

“Jika ditemukan bersama kerangka tubuh dan gerabah, bisa diindikasikan sebagai salah satu bekal kubur,” ujarnya dalam acara Pameran Manik-manik di Museum Ranggawarsita, Senin (26/11/2018).

Selain itu, imbuh Agung, jika manik-manik ditemukan sendirian atau bersamaan dengan perhiasan maupun keramik Tiongkok, bisa diindikasikan merupakan sebagai perhiasan secara umum.

Menurutnya, manik-manik bentuknya macam-macam. Ada yang bulat, persegi, atau lonjong yang pada bagian tengahnya sengaja diberi lubang agar bisa dirangkai sebagai perhiasan seperti kalung, dan gelang.

Bahan pembuatannya juga beraneka ragam, tergantung dari zaman. Pada masa awal manusia mengenal manik-manik, mereka membuatnya dari batu atau tulang kecil yang langsung dilubangi.

Pada perkembangan selanjutnya, kata Agung, manik-manik dibuat dengan menghaluskan batu menjadi bentuk presisi. Sedangkan pada zaman batu baru, manusia menggunakan tanah liat yang dikeringkan dan kadang diberi ukiran.

Manik-manik bersejarah yang dipamerkan di Museum Ranggawarsita lumayan banyak. “Ada 25 macam, terdiri dari dua jenis, kalung dan gelang,” papar Kepala Museum Ranggawarsita, Isnaeni Retnowati.

Menurutnya, penemuan manik-manik di Indonesia masih terbilang sangat muda, karena baru pada abad ke-12 M. Lokasi penemuan itu antara lain di Lampung, Anyer, Bondowoso, Gilimanuk, Gunung Kidul, Plawangan, dan Sangiran.

Sedangkan di luar negeri, manik-manik sudah ditemukan sejak 43.000 SM di daratan Turki. (*)

editor : ricky fitriyanto

Baihaqi Annizar