in

Gus Yasin Pastikan Tak Ada Kontrak Politik dengan Ustadz Abdul Somad

SEMARANG (jatengtoday.com) – Taj Yasin alias Gus Yasin menjadi saksi pertemuan antara ayahnya, KH Maimoen Zubair dengan Ustadz Abdul Somad (UAS). Menurutnya, pertemuan yang berlangsung satu jam tersebut berlangsung santai dengan beragam camilan namun penuh takzim layaknya pertemuan antara guru dan muridnya.

Selain karena tokoh sepuh NU, niatan UAS atau yang kini bergelar Syekh Abdul Somad (SAS) menemui Mbah Moen, kata Gus Yasin karena silsilah keilmuan keluarganya sama.

“Sangat santai, meski Syekh Abdul Somad lebih banyak mendengar Mbah Moen. Tujuan SAS minta sanad (silsilah) keilmuan dari Mbah Moen yang sampai kepada Rasulullah,” kata Gus Yasin, Minggu (10/2/2019).

Diceritakan, Mbah Moen lebih banyak menyampaikan wawasan kebangsaan soal sejarah Indonesia dam Islam di Nusantara. Dari pondasi-pondasi hukum tanah air hingga masuknya Islam ke Indonesia melalui pulau Sumatera. Khusus sejarah keislaman, kata Gus Yasin, Mbah Moen mengatakan meski masuk dari Sumatera namun pesatnya perkembangan Islam justru ada di tanah Jawa.

“Sejarah ini yang oleh Mbah Moen agar dipahami siapa pun. Karena kita harus menerima qadha dan qadar Allah, termasuk menerima kenyataan jasa Belanda pada terbentuknya negara ini,” katanya.

Saat disinggung adakah perbincangan politik terkini, Gus Yasin menegaskan tidak ada perbincangan politik praktis, tapi lebih condong ke politik kebangsaan dan keorganisasian. Karena dalam pertemuan itu kata Gus Yasin murni sebagai salah satu perjalanan spiritual SAS yang semakin dekat dengan NU.

“Kan sudah lama beliau ingin ke NU, namun karena ada catatan-catatan dari teman-teman di NU, dan itu yang membuat beliau tidak bisa masuk. Tapi karena banyaknya teman beliau yang aktivis NU, akhirnya menjadikan beliau seperti ini. Kan sudah lama kita tidak mendengar ceramah beliau yang seperti dulu,” katanya.

Gus Yasin menilai, SAS sudah berubah. “Meski sempat punya pemikiran berbeda, namanya orang kan pasti berubah. Nah sekarang sudah sama dengan kita, ya mari kita rangkul. Kalau itu baik ya harus kita terima. Bukan karena politik lima tahunan tapi untuk menjaga NKRI,” tegasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto