SEMARANG (jatengtoday.com) -Cendekiawan muslim Prof Nadirsyah Hosen mengajak masyarakat untuk memahami metode penyebaran berita yang benar. Ajakan diberikan melalui buku barunya yang berjudul Saring Sebelum Sharing.
Menurutnya, kegaduhan bangsa ini diakibatkan oleh maraknya info dan berita hoax yang disebar.
Menurut Gus Nadir, sapaannya, seringkali orang menyebarkan suatu kabar tanpa melalui proses verifikasi terlebih dahulu. Apalagi menjelang pilpres seperti sekarang ini, banyak hoax yang sengaja diproduksi untuk melegitimasi capres yang dipilihnya. Maka dari itu, ia mengajak untuk melakukan saring sebelum mengeshare kembali info yang didapat.
“Jadi ini usaha menjaga kewarasan bangsa bahwa saya ingin teman-teman yang bermedsos untuk bisa saring dulu sebelum sharing. Saring itu artinya kita memfilter dulu, memverifikasi dulu berita-berita sebelum jempol kita bergerak untuk mengeshare,” ujarnya seusai mengisi Diskusi Publik dan Bedah Buku Saring sebelum Sharing, di UIN Walisongo, Jumat (15/3/2019).
Dosen tetap di Fakultas Hukum Monash University, Australia sejak 2015 tersebut ingin membuat contoh praktis dalam hal meneliti atau memverifikasi suatu berita. Sehingga, nantinya tidak ada lagi orang yang secara serampangan menyebarkan berita tanpa melakukan tabayun terlebih dahulu.
“Jadi jangan serta merta karena ada terjemah hadits, yang kita tidak tahu kesahihannya, tidak tahu konteksnya, kemudian langsung kita sebarkan. Akibatnya kita menghakimi orang lain hanya berdasarkan modal terjemahan yang belum diverifikasi,” imbuhnya.
Gus Nadir mengaku prihatin akan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Apalagi melihat agama kerap dijadikan sebagai legitimasi politik. Akibatnya, orang yang tidak tahu apa-apa akan dijadikan sebagai alat untuk mensukseskan misi suatu kelompok tertentu.
Rois Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di Australia dan Selandia Baru ini menjelaskan mengenai tipikal orang yang menyebarkan berita. Menurutnya, tidak semua berita hoax disebarkan secara sadar. Ada sebagian orang yang menyebarkan karena ketidaktahuannya. Tipe orang seperti ini biasanya cenderung polos.
Gus Nadir melanjutkan, ada juga orang yang menyebarkan berita hoax atas dasar kebencian. Sehingga, ketika mendapatkan info yang sejalan dengan amarahnya, ia akan menyebarkan hal itu. Lalu, ada pula orang menyebarkan berita hoax secara sengaja atas dasar kepentingan. “Yang terakhir inilah yang paling bahaya,” jelasnya.
Menurutnya, fenomena tersebut tidak bisa dipungkiri. Karena itu, cara mengantisipasinya, selain melakukan filter berita yang disebar adalah dengan memproduksi berita pembanding. Artinya, kata Gus Nadir, kaum moderat harus tampil lebih banyak dengan cara menyebarkan hal-hal yang positif. Utamanya dalam narasi keislaman yang saat ini gerakan Islam radikal kian menguat.
“Yang bisa kita lakukan adalah mengcounter wacana. Kita persilakan ustadz-ustadz yang moderat, yang memang betul-betul mumpuni, untuk memproduksi konten-konten tersebut,” saran putra mendiang ulama Prof KH Ibrahim Hosen tersebut. (*)
editor : ricky fitriyanto