SEMARANG (jatengtoday.com) – Mata uang rupiah sedang mengalami gonjang-ganjing. Nilai rupiah melemah akibat digilas dollar AS yang terus merangkak naik. Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Juliari P. Batubara menilai melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi beberapa faktor.
“Ada faktor eksternal dan internal,” kata Juliari saat berkunjung ke Semarang, Jumat (7/9/2018).
Dikatakannya, faktor eksternal, ia menyebut memang ada tekanan dari negara-negara berkembang. Terutama negara yang ekonominya sedang terpuruk seperti Turki, Argentina, dan Brazil.
“Pemain uang dunia memang menyamaratakan. Tidak melihat negara satu per satu. Negara yang paling rentan ekonominya mana, atau dia anggap negara itu jelek, rentan secara ekonomi, maka dia menarik dollar dari negara itu,” bebernya.
Maka terjadi pelemahan-pelemahan nilai mata uang di negara tersebut. Indonesia termasuk negara berkembang yang dinilai memiliki kerentanan ekonomi. “Dia tarik dollar dan dipindahin ke tempat yan lebih aman,” katanya.
Juliari mengambil contoh, seseorang yang menyimpan uang di salah satu bank. “Simplenya begini, sampeyan menyimpan uang di BRI misalnya. Dikasih bunga satu tahun 5 persen. Tiba-tiba ada bank yang menawarkan bunga 6 persen dan lebih aman. Kira-kira sampeyan pindahin uang nggak? Pasti dipindahin. Kalau sekarang banyak dollar yang ditarik kan kering,” katanya.
Kedua, faktor internal. Hingga saat ini neraca perdagangan di Indonesia mengalami minus. “Artinya minus, karena impor lebih banyak dari ekspor. Makanya kalau mencari pertumbuhan tinggi harus dibarengi dengan industri yang kuat. Kalau industrinya tidak kuat, orang-orang kaya, saudagar kaya, mengambil dari orang lain. Itu yang terjadi di Indonesia,” katanya.
Selain itu, banyak surat utang yang diterbitkan oleh negara. “Misalnya, mau bikin jembatan tapi negara tidak punya uang, maka diterbitkan surat utang. Siapa yang mau beli, dikasih bunga setahun 5 persen. Nah, sekarang ini 40 persen surat utang di Indonesia yang punya orang asing. Ini termasuk sangat tinggi,” katanya.
Sehingga faktor internal akibat dampak neraca perdagangan mengalami defisit, ditambah 40 persen surat utang dikuasai asing ini mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah.
“Ke depan, ini harus bisa dikurangi dengan menggalakkan industri nasional,” katanya.
Sebagai solusi, kata dia, sebetulnya ada banyak dana menganggur. Misalnya dana pensiun yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi dampak nilai tukar rupiah melemah.
“Daripada duitnya nganggur di bank dan cuma mendapat bunga sekian persen, bisa untuk membeli surat utang negara yang dikuasai asing. Itu agar nilai mata uang rupiah tidak gonjang-ganjing seperti sekarang ini,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto