JAKARTA (jatengtoday.com) – Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami musim kemarau yang lebih panjang meski sudah memasuki akhir 2019. Kondisi topografi juga menjadi salah satu penyebab keberagaman cuaca.
Kepala Sub Bidang Analisis dan Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Adi Ripaldi menjelaskan perihal beberapa daerah yang mengalami 200 hari tanpa hujan.
Di antaranya di Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
“Ada daerah yang 200 hari tidak hujan. Sampai akhir tahun baru hujan,” kata Adi di sela konferensi pers di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Jakarta, Jumat (29/11/2019).
Hingga pertengahan November 2019, menurut dia, baru 16 persen wilayah Indonesia yang memasuki musim hujan. Bentang alam Indonesia sangat bervariasi sehingga memicu keragaman cuaca.
“Hujan belum merata karena topografinya, ada lembah puncak, daratan, dan sebagainya. Kondisi permukaan laut kita terlalu dingin sehingga tidak menguap membentuk awan, hujan hanya terjadi di spot-spot (titik-titik) tertentu saja,” imbuh Adi Ripaldi.
Adi menjelaskan bahwa musim hujan 2019/2020 di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten kebanyakan bermula akhir November dan awal Desember.
Sedangkan wilayah seperti Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Papua, dan Kalimantan, umumnya baru memasuki musim penghujan pada awal sampai pertengahan Desember. (ant)
editor : tri wuryono