SEMARANG (jatengtoday.com) – Pembelajaran daring yang diterapkan saat ini cukup menguras energi. Penerapan belajar daring dengan memanfaatkan jaringan internet menjadi pengalaman baru. Namun di sisi lain, memunculkan permasalahan-permasalahan susulan.
Baik mengenai kualitas video yang kurang jelas, minimnya pengetahuan penggunaan teknologi, hingga beban biaya pembelian kuota internet. Namun kondisi ini harus dilakukan mengingat pandemi belum mereda. Rata-rata siswa tidak menginginkan hal tersebut.
Siswa kelas V SD Negeri Tambakaji 01 Semarang, Levi, mengaku belajar daring tersebut cenderung membosankan. Hal itu terungkap saat ditanya oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. “Apa yang dirasakan selama Covid?” tanya wali kota. Spontan Levi pun menjawab. “Gabut Pak,” jawabnya mengundang tawa dalam kegiatan diskusi puncak peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tingkat Kota Semarang, secara daring (dalam jaringan), Kamis (23/7/2020).
Mengangkat tema ‘Menjadi Hebat Bersama Generasi Baru’, diskusi tersebut juga menghadirkan aktor Nicholas Saputra sebagai duta UNICEF Indonesia, dan diikuti secara daring oleh perwakilan anak-anak di Kota Semarang tingkat TK, SD, SMP, serta anak-anak berkebutuhan khusus yang tergabung dalam SEMARCAKEP.
Hendi mendengarkan cerita dengan sejumlah anak secara daring. Di antaranya perwakilan siswa SMP Negeri 12 Semarang, SMP Al-Azhar 14 Semarang, SMP Negeri 21 Semarang, SD Negeri Bojong Salaman 01, dan SD Negeri Tambakaji 01 Ngaliyan.
Hendrar Prihadi mengatakan, situasi saat ini memang masih diliputi permasalahan Covid-19. “Nikmatilah suasana belajar di rumah. Suatu saat pasti akan kembali ke masa sekolah tatap muka. Memaksa anak-anak saat ini belajar online adalah sebuah hal yang harus kita lakukan, selalu hidup bersih, sehat, manfaatkanlah dengan pola hidup sehat,” katanya.
Hendi sapaan akrabnya, juga berpesan agar anak-anak menjaga kesehatan. Di antaranya olah raga dan menjaga kebersihan. “Jangan hanya main game terus, lihat pekarangan ditanami agar bermanfaat, sepeda rusak dibenerin sendiri. Pola-pola itu menunjukkan kemandirian anak. Sehingga anak-anak ini akan menjadi generasi yang lebih berkualitas dari generasi saat ini,” katanya.
Dikatakan Hendi, keluhan saat proses pembelajaran daring rata-rata berkaitan masalah kuota internet. “Kepala Dinas Pendidikan juga sudah paham sekali bahwa aturan pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan bahwa dana BOS bisa digunakan untuk pembelian kuota internet untuk melengkapi kebutuhan siswa,” katanya.
Dia meminta agar semua bisa memetakan kendala dan kesulitan selama proses pembelajaran daring. “Misalnya masalah peralatan teknologi di sekolah, kemampuan peserta didik, sehingga hal itu harus dicarikan solusinya dengan baik,” terang dia.
Dalam bersosial media juga anak-anak diharapkannya bijak untuk bisa menyaring sebelum sharing.
Di sisi lain, Kota Semarang menduduki peringkat 7 dari 208 Kabupaten/Kota se- Indonesia. Hal itu mendapat apresiasi berupa penghargaan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). “Tentunya ini menjadi kado istimewa bagi seluruh warga Kota Semarang di tengah pandemi Covid-19 yang patut kita syukuri,” kata Hendi. (*)
editor: ricky fitriyanto