GROBOGAN (jatengtoday.com) – Sejak penyebaran virus corona atau Covid-19 merebak, tenaga medis di rumah sakit menjadi garda terdepan dalam penanggulangan. Hal yang menjadi kendala salah satunya adalah minimnya stok Alat Pelindung Diri (APD) untuk dokter maupun perawat ketika menangani pasien yang terjangkit virus menular ini.
Hal cukup menarik terjadi di RSUD Dr. R.Soedjati Soemodiardjo, Grobogan, Jawa Tengah. Di tengah kondisi darurat atau tidak tersedianya APD, para tenaga medis di rumah sakit tersebut memodifikasi jas hujan dan helm pengaman las besi sebagai pelindung.
Alat pelindung modifikasi tersebut berupa jas hujan, kaca mata pengaman las besi, helm las besi dan sepatu boot. Seperangkat APD modifikasi untuk para dokter dan perawat medis ini membutuhkan biaya kurang lebih Rp 1 juta. Secara standar medis tentu belum layak. Namun kondisi yang semakin darurat ini terpaksa dilakukan karena harus menangani pasien virus corona yang menular.
“Kondisi seperti ini terjadi hampir di setiap rumah sakit, termasuk di rumah sakit kami. Sehingga kami memodifikasi jas hujan dan helm untuk alat pelindung diri. Mohon maaf ini seadanya karena kami harus menangani pasien,” kata Direktur RSUD Dr Raden Soedjati, Bambang Pujiyanto, Rabu (25/3/2020).
APD tersebut terutama digunakan bagi dokter dan perawat medis. “Kami berharap, baik pemerintah pusat maupun provinsi, kalau sudah ada APD, mohon segera dikirim ke daerah kabupaten. Sementara ini kami menggunakan alat pelindung diri seadanya,” ungkapnya.
Dikatakannya, penanganan penyebaran virus corona ini tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Namun juga harus ada peran berbagai elemen masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi. “Termasuk imbauan dari pemerintah pusat untuk melakukan social distancing, sehingga penularan bisa dihambat dan mata rantai pandemi ini bisa diputus,” katanya.
Dia berharap situasi dan kondisi di Indonesia segera kembali normal. Maka peran berbagai elemen masyarakat dalam menanggulangi penyebaran virus corona ini sangat dibutuhkan. “Minimal enam bulan harus bisa selesai. Syukur bisa seperti di Tiongkok, tiga bulan selesai,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto