SEMARANG (jatengtoday.com) – Pada bulan Desember ini hampir seluruh wilayah di Jateng sudah memasuki musim hujan. Prediksi dari BMKG Jateng, daerah yang musim hujannya paling lambat, seperti Pati, Rembang, serta sebagian kecil Jepara, sudah mulai hujan pada awal Desember.
Menurut Prakirawan BMKG Ahmad Yani, M. Syifa’ul Fuad, ketika sudah memasuki musim penghujan, potensi pertumbuhan awan pasti meningkat. Dan prediksi cuaca ekstrim selama musim penghujan ini bisa terjadi kapan saja di seluruh wilayah Jateng.
Cuaca ekstrem itu, kata Fuad, bentuknya beragam. Bisa berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang, bahkan bisa juga berupa puting beliung.
“Cuaca ekstrimnya biasanya ada potensi hujan sedang hingga lebat, kadang disertai petir dan angin kencang. Bisa juga ada potensi puting beliung. Itu masih berpotensi terjadi, utamanya selama Desember hingga Februari,” ujarnya, Rabu (12/12/2018)
Kalau puncak musim penghujan di Jateng mayoritas terjadi pada bulan Januari. Meskipun di sebagian daerah, ada yang puncaknya terjadi pada Desember dan Februari.
Fuad menambahkan, daerah yang berpotensi paling terdampak cuaca ekstrim itu adalah daerah-daerah dataran tinggi, seperti Wonosobo, Banjarnegara dan beberapa wilayah pegunungan tengah Jateng.
Dirinya mengimbau agar masyarakat waspada akan potensi bencana. “Utamanya bagi yang tinggal di daerah dengan tingkat kemiringan tajam, harus sering mengontrol lingkungan, barangkali ada retakan-retakan. Tanda-tanda mau longsor, masyarakat harus waspada,” sarannya.
Selain potensi longsor, warga juga diimbau waspada adanya angin kencang dan puting beliung. Pada puncak musim penghujan, angin yang datang dari barat cukup kencang. Apalagi BMKG kesulitan untuk mengantisipasi potensi badai angin.
“Kalau mau lihat tanah yang mau longsor, kita bisa. Potensi gempa juga lebih mudah dideteksi. Kalau angin kita kesulitan. Tapi secara umum, jangka waktu ini angin masih normal,” ungkapnya.
Tak hanya itu, dia juga mengimbau agar masyarakat waspada banjir. Karena banjir ini biasanya disebabkan tingginya curah hujan, maka ketika drainasenya tidak bagus, kemungkinan banjir semakin besar.
“Di Jateng ini, daerah-daerah yang sering banjir berpotensi terulang kembali, apalagi daerah yang selama ini tidak ada perbaikan drainase secara signifikan,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto