SEMARANG (jatengtoday.com) – Hingga saat ini kasus stunting pada anak masih masih menjadi permasalahan kesehatan yang memprihatinkan. Tidak terkecuali di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Diketahui, 19 kabupaten dan kota masuk kategori kuning (prevalensi stunting 20 sampai 30 persen). Sementara 15 kabupaten/kota lainnya berkategori hijau dengan prevalensi di kisaran 10 hingga 20 persen.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mengungkapkan bahwa angka prevalensi stunting di Jawa Tengah pada 2020 mencapai sebesar 27,7 persen dan saat ini sudah berada di angka 20,9 persen.
Berdasarkan rincian Badan Kependudukan, Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Jateng, 20,9 persen angka stunting tersebut berarti ada sekitar 540 ribu anak yang mengalami kondisi kerdil.
Masih tingginya angka stunting tersebut menjadi perhatian serius bagi Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Heri Pudyatmoko. Ia menilai, perlu adanya upaya pencegahan dan penurunan yang dilakukan secara bersama-sama.
“Masalah stunting harus menjadi perhatian bersama. Penekanan dan pencegahan agar kasus tidak meningkat diperlukan inovasi dan kerja sama, baik dari pemerintah, pakar, maupun masyarakat umum,” ujar Heri Pudyatmoko.
Dalam Sosialisasi Non Perda bertema “Cegah Stunting dengan Inovasi Pangan Lokal dan Program Gizi” yang digelar di Gunungpati Kota Semarang pada Minggu (16/10/2022), Heri Pudyatmoko mendorong pemanfaatan pangan lokal untuk mencegah kasus stunting.
Apalagi jika melihat kekayaan alam dan potensi sumber pangan yang ada di Jawa Tengah, Heri menilai bahwa hal tersebut bisa menjadi sumber gizi dan nutrisi bagi masyarakat.
“Sehingga intervensi gizi spesifik melalui pemanfaatan sumber pangan lokal menjadi solusi untuk menekan prevalensi angka anak bertumbuh pendek atau gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis atau yang biasa kita sebut stunting,” sambung Heri.
Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, di antara beberapa bahan pangan lokal di Jawa Tengah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber gizi yaitu singkong dan jagung.
“Itu bisa diolah dan sekarang kita harus berpikir untuk melakukan diversifikasi konsumsi pangan dengan gizi berimbang untuk mendukung percepatan penurunan angka stunting,” kata Heri.
Ia melanjutkan, selain itu, program pemberian gizi juga harus terus ditingkatkan. Mulai kepada gizi ibu selama masa kehamilan hingga kepada anak yang sudah lahir dan proses pertumbuhan.
“Pemberian bantuan kepada ibu hamil ini diharapkan menjadi bagian pencegahan stunting yang dimulai sejak bayi dalam kandungan. Di mana pemenuhan gizi selama masa kehamilan ini menjadi sangat penting,” ujar Heri. (*)
editor : tri wuryono