SEMARANG (jatengtoday.com) – Ribuan umat lintas agama turut memeriahkan Karnaval Paskah di Kota Semarang. Di bawah terik matahari yang panas, massa tumpah ruah di kawasan Kota Lama. Tepatnya di depan Dream Museum Zone (DMZ) di Jalan Branjangan Nomor 3-9.
Para pengunjung berjejal menyaksikan prosesi Jalan Salib atau Via Dolorosa yang diperankan belasan aktor secara teatrikal. Seorang lelaki berambut gondrong setengah telanjang diseret oleh sejumlah pria mirip tentara Romawi. Lelaki itu disiksa dan dicambuk hingga tubuhnya bersimbah darah, kemudian tangan diikat dan disalib di balok kayu. Lelaki itu merupakan penggambaran sosok Yesus yang penuh kesengsaraan dengan segala pengorbanan untuk menebus dosa manusia.
Setelah prosesi Via Dolorosa selesai, peserta karnaval dilepas oleh Ketua Panitia Karnaval Paskah, Rukma Setyabudi bersama sejumlah tokoh dan pejabat Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Sesuai dengan tema Karnaval Paskah 2018 yakni “Dengan Kebangkitan-Nya Kita Srawung Keberagaman”, pawai budaya ini diikuti umat lintas agama. Dari Kota Lama, ribuan orang yang terdiri atas para pelajar SD hingga SMP, maupun perwakilan komunitas Kristen, Katholik, Islam, Hindu, Buddha, Konghucu, maupun umat kepercayaan, melakukan pawai menuju halaman Balai Kota Semarang.
Pendeta Nathan, saat melepas karnaval mengatakan prosesi Jalan Salib untuk mengenang kesengsaraan Yesus Kristus. “Ini visualisasi pengorbanan Yesus yang mati disalib menebus dosa kita. Sebab, tidak ada yang bisa menebus dosa sendirian. Dia harus menebus dosa kita. Dia menderita hingga mati. Sekarang, Yesus ada di kerajaan surga, dan akan dibangkitkan,” terangnya saat menyampaikan sambutan dan doa.
Maka dari itu, lanjut dia, umat Kristiani patut bersyukur dengan mengharap atas apa yang dituliskan dalam Alkitab. “Mari merayakan kebangkitan Kristus. Yesus bangkit dan hidup untuk selama-lamanya. Satu yang indah, sejuk bersatu dalam keragaman,” katanya.
Dijelaskannya, ada dua hal dalam perayaan Karnaval Paskah kali ini. “Pertama, kita bersyukur kepada Allah karena telah memberikan kemenangan. Mari menerima dengan penuh keyakinan. Kedua, melalui pengorbanan Yesus Kristus kita yang dulu jauh didekatkan, diikat menjadi satu. Dulu tidak saling mengenal tidak saling memerhatikan, melalui Kristus kita dipersatukan,” katanya.
Itulah sebab mengapa tema Karnaval Paskah kali ini “Dengan Kebangkitan-Nya Kita Srawung Keberagaman”. “Tidak ada pemisah. Kita srawung dalam keberagaman, semua duduk menjadi satu. Kota Semarang akan diberkati, tuhan akan menjadikan kota ini terpuji, ternama dan hebat,” katanya.
Salah satu pengunjung, Marliani Rosita, 23, mengaku bangga menyaksikan Karnaval Paskah 2018 di Kota Semarang. Menurutnya, ini menjadi pawai budaya. Tidak hanya bagi umat Kristiani, tetapi juga masyarakat secara umum di Kota Semarang. “Meski cuacanya sangat panas, tapi ada kesejukan atas kebersamaan lintas agama yang saling menghargai. Guyub rukun menjadi satu. Meriah sekali hingga jalanan macet,” katanya.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengatakan, selayaknya semua yang tinggal di NKRI merawat dan menjaga keberanekaragaman. Hendi sapaan akrab Hendrar Prihadi meminta perayaan jangan hanya klise dalam omongan saja. Tapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Semarang sudah menerapkan itu. Kalau kemarin ada pawai Ogoh-ogoh, kali ini ada Karnaval Paskah. Termasuk sebelumnya juga ada parade budaya, arak-arakan laksamana Cheng Ho dari Kelenteng Tay Kak Sie ke Kelenteng Sam Po Kong. Besok 12 Mei ada Dugderan. Ini cerminan berbagai macam agama yang kemudian disengkuyung oleh kelompok pemeluk agama yang lain. Keberagaman ini menjadi sebuah kekuatan di Kota Semarang yang sudah mendarah daging,” katanya.
Menurutnya, perbedaan bukan membuat menjadi lemah. Tetapi justru perbedaan membuat Semarang semakin kuat. “Tentu saja ini bukan persoalan mudah. Yang namanya kondusivitas tidak bersifat statis. Tapi sangat dinamis. Hari ini kita bisa ngomong guyub, damai, dan kondusif. Akan tetapi kalau tidak dirawat, besok bisa jadi berpotensi konflik. Sehingga pada kesempatan baik ini mari kota ini kita rawat bersama-sama,” katanya. (abdul mughis)
editor : ismu puruhito