in

Semarang Ditantang Jadi Tuan Rumah Kompetisi Olahraga Pelajar se-Asia Tenggara, Siapkah?

SEMARANG – Kompetisi Olahraga Pelajar se Asia Tenggara atau Asean School Games 2019 bakal digelar di Kota Semarang. Rencananya, kompetisi itu akan digelar di beberapa venue di Kota Semarang dan sekitarnya. Salah satunya Stadion Jatidiri yang sekarang sedang direnovasi.

Sejarah baru bakal terukir jika penunjukkan Kota Semarang sebagai tuan rumah Asean School Games 2019 bukan lagi sebuah wacana. Ini juga bisa menjadi momen istimewa bagi Stadion Jatidiri. Pas selesai direnovasi, langsung digunakan untuk kompetisi akbar.

Sayang, renovasi Stadion Jatidiri belum bisa dipastikan selesai tahun depan. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jateng, Urip Sihabudin menjelaskan, alokasi anggaran renovasi Jatidiri tahun ini sengaja banyak diserap untuk mengejar stadion.

“Ini sebagai salah satu persiapan Kota Semarang ditunjuk sebagai tuan rumah Asean School Games 2019,” terangnya.

Dia optimistis. Pada 2019 mendatang, stadion sudah bisa dioperasionalkan meski belum selesai 100 persen. “Soalnya Menpora sudah memastikan dan menunjuk Asean School Games ditempatkan disini (Semarang, Red),” imbuhnya.

Tahun ini, pembangunan akan fokus pada penyelesaian GOR, sejumlah venue, serta lintasan atletik dan lapangan di dalam stadion. Tribun dan sebagian besar atap pun juga dipatok harus selesai tahun ini.

“Progres stadion kalau dihitung secara anggaran, baru sekitar 30 persen saja. Anggaran totalnya kan Rp 360 miliar, sekarang masih kurang sekitar Rp 250 miliar. Karena yang habis banyak nanti dari sisi aksesoris dan fasilitasnya, kalau tribun dan konstruksi memang tidak terlalu besar,” bebernya.

Sementara pada 2019, Urip merencanakan pembangunan stadion akan fokus menyelesaikan tribun utara, tribun barat, dan sebagian atap. Sementara lapangan
2019 yang dikerjakan penyelesaian tribun utara, tribun barat, sebagian atap, hingga kursi penonton. Sementara lapangan, harus sudah bisa dipakai.

Urip mengakui, renovasi Jatidiri memang tergolong lambat karena tidak bisa dikontrak dengan sistem multiyears. Artinya, setiap tahun, harus ada lelang dan sedikit review Detailed Engineering Design (DED) lagi. Untuk pengerjaan 2018 ini saja, lelang baru bisa dilakukan April mendatang. Praktis selama empat bulan sejak Januari kemarin, tidak ada pengerjaan karena belum ditentukan pemenangnya.

“Saat ini baru persiapan dokumen lelangnya. Tiap tahun harus seperti ini, jadi banyak memakan waktu. Kalau kontrak multiyears, bisa sangat cepat. Memang tidak bisa karena secara aturan, kontrak multiyears tidak boleh melebihi masa kepemimpinan kepala daerah,” paparnya. (ajie mh)

editor : ismu puruhito