in

Pemerintah Sibuk Urus Covid-19, Stok Obat HIV/AIDS Sempat Habis

SEMARANG (jatengtoday.com) – Pemerintah dinilai terlalu fokus pada pencegahan Covid-19 hingga penanganan penyakit jenis lain keteteran. Belum lama ini, Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mengeluhkan terbatasnya ketersediaan obat antiretroviral (ARV).

Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) selaku jaringan penanggulangan HIV mencatat, stok ARV di Kota Semarang sempat kehabisan pada awal pandemi dan satu bulan terakhir ini. Untung sekarang sudah normal kembali.

Fokal Poin OPSI Semarang, Gabriel Eel menyayangkan keterlambatan itu. “Yang paling merasakan dampak minimnya stok ARV ini tentu teman-teman yang positif HIV/AIDS. Selain itu juga teman-teman pendamping,” ujarnya beberapa waktu lalu.

ARV Community Support (ACS) dari Indonesia AIDS Coalition, Widodo menambahkan, stok yang sempat habis adalah ARV jenis fixed-dose combination (FDC). Akibatnya, obat FCD yang biasanya berbentuk tunggal harus diganti dengan pecahan.

Dia merinci, FDC sendiri semula terdiri atas kombinasi obat Tenofovir, Lamivudine, dan Efavirenz yang dikemas dalam satu tablet. Biasanya FCD tunggal diminum per 12 jam atau per 24 jam sekali.

Menurut Widodo, perubahan takaran dan pola minum obat dapat memberikan efek samping.

Yang jelas, secara umum dampak dari kosongnya obat ARV tersebut jelas sangat merugikan karena ODHA tidak boleh putus obat. Jika tidak, taruhannya nyawa. (*)

 

editor: ricky fitriyanto