SEMARANG (jatengtoday.com) – Lembaga Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Al Quran (LP3Q) Kota Semarang menyelenggarakan kelas khusus untuk para Pengelola Taman Pendidikan Quran (TPQ). Kegiatan tersebut digelar untuk merespon kebutuhan pendidikan keagamaan saat ini.
Direktur LP3Q Semarang, Bahrul Fawaid menyampaikan, kegiatan ini sudah dilakukan sejak 20 April 2019 dan rencananya akan berakhir sampai 11 Mei 2019. Diikuti oleh 56 peserta yang terdiri dari unsur pengurus Badko TPQ Kota Semarang, Pengelola LP3Q, serta beberapa Kepala TPQ se-Kota Semarang.
“Di kelas ini, semua pendekatan yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan (pendidikan keagamaan) itu diberikan. Mulai pendekatan materi hingga pendekatan karakter,” ujarnya, Minggu (5/5/2019).
Menurutnya, masa anak-anak merupakan fase yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai keteladanan. “Itulah pentingnya, mengapa pengelola TPQ perlu memformulasikan bagaimana penanaman pemahaman Islam yang ramah, komprehensif, dan moderat kepada santri-santri TPQ,” jelasnya.
Secara khusus, Bahrul menyampaikan, kelas ini diadakan untuk merespon Pemkot Semarang yang dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya pemahaman Islam yang baik dan benar, utamanya kepada generasi penerus.
Pada kegiatan yang berlangsung di SMP IT Insan Cendikia Gajahmungkur ini, peserta diberikan materi-materi terkait pengelolaan TPQ. Seperti Murottal, Pengantar Studi Islam, Manajemen Pengelolaan TPQ, Kurikulum TPQ, Psikologi Organisasi TPQ, Administrasi ke-TPQ-an, Pendekatan Al Quran, Pendekatan hadits, Peraturan perundangan TPQ, dan legal standing TPQ.
Beberapa narasumber yang berkompeten pun didatangkan. Mulai dari Bagian Kesra Setda Kota Semarang, Kementerian Agama Kota Semarang, MUI Jateng, praktisi, dan akademisi.
Salah satu narasumber yang memberikan materi Pengantar Studi Islam, adalah Wakil Ketua Umum MUI Jateng Prof Ahmad Rofiq. Dia menyampaikan, Islam adalah agama yang mengatur tentang kehidupan manusia secara menyeluruh.
“Kalau orang sudah memahami Islam dengan baik dan benar, maka akan terwujud generasi yang tidak hanya pandai dan cerdas dalam beragama, namun juga mempunyai akhlak atau karakteristik yang baik, sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.
“Prinsip-prinsip egaliter, moderat, dan mengedepankan persatuan dan kesatuan umat manusia, hendaknya lebih diutamakan daripada sekedar perdebatan tidak prinsip yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa,” imbuh Rofiq.
Sementara itu, pada kesempatan lain, Prof. Hardhani Widhiastuti, Guru Besar Psikologi Organisasi USM, menyampaikan pentingnya prinsip manajerial dalam mengelola TPQ. Menurutnya, TPQ berpotensi menjadi organisasi yang besar, karena pelaku di dalamnya mempunyai orientasi lebih daripada organisasi lain, yakni orientasi ketuhanan.
“Segala sumber daya yang ada di TPQ, kalau dikelola dengan optimal akan menghasilkan keuntungan lebih dari yang selama ini dihasilkan. Hal itu tentu membutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari organisasi TPQ, orang tua santri, masyarakat, hingga dukungan dari pemerintah daerah,” tandasnya. (*)
editor : ricky fitriyanto