in

Cerita Pilu Mahasiswa Undip yang Selamat dari Tsunami di Lampung

SEMARANG (jatengtoday.com) – Bencana tsunami yang melanda kawasan Banten dan Lampung, pada Sabtu (22/12/2018) masih menyisakan cerita pilu bagi para korban. Termasuk puluhan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) yang sempat terjebak tsunami.

Sebanyak 25 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip sempat terlibat dalam tragedi nahas itu. Waktu itu, mereka sedang menjalankan tugas penelitian terumbu karang di Pulau Legundi, Lampung.

Berkat keterampilan mitigasi kebencanaan, mereka bisa bertahan dan bahkan sempat membantu menyelamatkan warga dari bencana tsunami tersebut.

Salah satu korban selamat, Dinda Ayu Oktaviana (20) mahasiswa Undip semester V menceritakan kejadian saat itu. Bersama 24 mahasiswa lainnya, Dinda menyaksikan suasana saat ombak setinggi atap rumah menyapu pemukiman.

Dia berkisah, ombak datang terlalu cepat. Bahkan dirinya sempat ikut tergulung. “Ombak deras, sempat kami digulung ombak sekitar 50 meter,” ujarnya, Kamis (27/12/2018).

Dalam keadaan seperti itu, Dinda berusaha berenang untuk menyelamatkan diri. Dia sempat melompati tembok dan mencari pegangan jendela yang pecah hingga bisa naik ke tebing.

“Mati-matian saya renang, sampai seluruh tubuh kena benturan benda tumpul, kaki kena pecahan kaca, hingga akhirnya bertemu teman di tebing,” ceritanya.

Sesampainya di tebing mendapati semua rekannya selamat, Dinda justru memutuskan menolong warga yang kesulitan naik bukit.

“Kami langsung turun bantu warga dan gendong anak kecil. Ada satu orang tua lumpuh berusaha saya gotong tidak mau, ya akhirnya ditinggal. Sebenarnya kasihan tapi, sepertinya keluarga sudah meninggalkannya,” terangnya.

Di atas bukit itulah, Dinda, Muhammad Ramadan, dan mahasiswa FPIK lainnya harus bermalam bersama warga desa semalam suntuk. Ia hanya memakai tenda dan terpal yang diambil dari sisa-sisa puing rumah warga yang hancur. Kondisi Pulau Legundi sudah porak poranda.

“Semuanya di bukit. Saya ambil tenda dan terpalnya dari pemukiman. Pas paginya saya turun lagi ambil makanan untuk kebutuhan konsumsi. Siangnya baru dievakuasi naik kapal marinir dan polair menuju dermaga Panjang dan Lampung,” jelasnya.

Dosen Ilmu Kelautan sekaligus Dewan Kelautan FPIK Undip, Munasik memperkirakan, pasca tsunami ini Pulau Legundi belum bisa pulih sepenuhnya. Di sana sedang memasuki tanggap darurat. Akibat kejadian itu, perlengkapan tabung selam hilang terseret arus.

Pihaknya mengkhawatirkan ekosistem terumbu karang terkoyak akibat gelombang tsunami.

“Nantinya kami akan cek kembali terumbu karang sebagai sumber daya alam utama di sana, apakah kondisinya masih bagus atau tidak. Kita akan bantu rehabilitasi pulaunya. Sebab banyak rumah nelayan di pesisir pantai rusak. Musholanya berantakan,” terangnya. (*)

editor : ricky fitriyanto