DEMAK – Dalam rangka mendukung pengembangan sektor perikanan dan meningkatkan nilai ekonomi hasil laut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Tim IDBU 92, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang melaksanakan kegiatan pembangunan keramba berbahan bambu di perairan Dukuh Wonorjo Pasir, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Kegiatan yang berlangsung pada Minggu (13/7/2025) ini merupakan bagian dari program optimalisasi penggunaan keramba laut sebagai
media budidaya ikan kerapu, salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai jual tinggi di pasar lokal maupun nasional.
Pembuatan keramba dilakukan dengan menggunakan material utama berupa bambu yang dirangkai dan diikat menggunakan tali pengait serta diperkuat dengan paku untuk menjamin kestabilan dan kekuatan struktur keramba. Proses perakitan dilakukan secara gotong royong oleh tim KKN-T dan masyarakat nelayan setempat.
Keramba yang dibangun memiliki ukuran panjang 1,9 meter, lebar 1,25 meter, dan tinggi 1,25 meter. Keramba ini dirancang untuk dapat menampung ikan kerapu berukuran antara 7 cm hingga 25 cm.
“Kami harap keramba ini bisa menjadi langkah awal untuk meningkatkan kualitas produksi
ikan kerapu di desa ini,” ujar salah satu mahasiswa KKN-T yang turut terlibat dalam
kegiatan.
Dengan keberadaan keramba, pembudidaya ikan dapat lebih mudah mengontrol pertumbuhan ikan kerapu serta meningkatkan kualitas panen secara berkelanjutan. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu menciptakan peluang usaha baru bagi warga pesisir dan memperkuat ketahanan ekonomi lokal.
“Keramba ini juga dimanfaatkan untuk memaksimalkan hasil tangkapan ikan kerapu berukuran kecil yang sebelumnya sulit terjual. Dengan pemeliharaan selama 2 hingga 3 bulan di dalam keramba, diharapkan ukuran dan kualitas ikan meningkat sehingga harga jualnya pun bisa lebih tinggi,” ujar Subeki, salah satu pemilik keramba di Dukuh Wonorejo Pasir, Desa
Timbulsloko.
“Kalau bisa, ada yang bantu promosikan. Biar pembeli tahu, ikan dari sini segar, langsung dari laut, bukan yang udah lama di freezer,” imbuhnya.
Keramba milik Subeki bukan sekadar tempat budidaya, tapi juga simbol ketekunan dan
ketahanan masyarakat pesisir. Mereka berharap usaha ini tidak hanya menjadi penghidupan, tapi juga warisan yang dihargai dan dikenali secara luas.
Melalui inovasi sederhana ini, keramba dapat menjadi simbol kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dalam mendorong kesejahteraan desa pesisir. (*)
Tulisan ini disusun oleh Mahasiswa KKN-T Undip Tim 92 – Kelompok 4 Sayung, Timbulsloko
