SEMARANG (jatengtoday.com) — Berbagai aktivis lintas komunitas di Jawa Tengah menggelar aksi memeringati International Women’s Day (IWD). Aksi dimulai dengan konvoi, dilanjut orasi di depan kantor Pemprov Jateng, Selasa (8/3/2022).
“International Women’s Day kembali menjadi peringatan untuk kita bahwa pada hari ini perempuan masih mengalami diskriminasi dan penindasan,” ujar korlap aksi, Icha.
Menurutnya, kasus kekerasan terhadap perempuan masih banyak ditemukan, termasuk di Jateng. Hal itu dapat dilihat dari data kasus yang diinventarisasi oleh berbagai lembaga dan organisasi.
Sepanjang tahun 2021, YLBHI-LBH Semarang mendapatkan aduan serta konsultasi sebanyak 19 kasus kekerasan seksual yang mayoritas korbannya adalah perempuan.
Jenis kekerasan yang dialami korban beragam, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga (KdRT), pemaksaan penggunaan kontrasepsi, pemaksaan aborsi, pemerkosaan, dan yang terbanyak adalah kekerasan berbasis gender online (KBGO).
Sementara itu, LRC-KJHAM menangani 85 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan jumlah korban mencapai 124 perempuan. Tertinggi adalah kasus kekerasan seksual dengan jumlah korban 89 orang.
Ada pula data yang dihimpun Sahabat Perempuan Magelang. Lembaga tersebut mencatat 64 kasus kekerasan terhadap perempuan, 19 kasus di antaranya adalah kasus kekerasan seksual yang korbannya adalah anak.
Sementara itu SPEK-HAM Surakarta mencatat terdapat 80 pengaduan kasus kekerasan terhadap perempuan, 14 kasus di antaranya adalah kasus kekerasan seksual. Angka tersebut naik 30 persen sari aduan yang masuk pada tahun 2019.
Yayasan Annisa Swasti (Yasanti) juga mencatat kasus kekerasan seksual terutama pelecehan seksual terjadi pada buruh perempuan, yakni 20 kasus kekerasan seksual di pabrik.
Menurut Icha, fakta tersebut menjadi indikasi bahwa ruang aman berbasis gender masih menjadi utopia. Belum lagi di masa krisis Covid-19, terdapat relokasi anggaran sehingga alokasi untuk penanganan kasus kekerasan perempuan di Jateng berkurang. (*)
editor : tri wuryono