Hai sobat jatengtoday, sejumlah orang biasa asal Jawa ini merupakan penemu yang terbilang istimewa di Indonesia lho. Bahkan dikenal di level dunia. Meski hasil temuan sudah akrab di telinga dan ingatan kita semua, tapi banyak yang tidak mengetahui siapa sosok penemunya.
1) Mbah Moedjair

Pasti Anda tahu ikan Mujair kan? Jenis ikan yang semula hidup di habitat air laut, tapi ternyata bisa hidup di air tawar. Bentuk badannya pipih dengan warna abu-abu, cokelat atau hitam. Spesies ikan ini berasal dari perairan Afrika.
Tahukah Anda mengapa ikan ini dinamakan Mujair? Sebetulnya nama ikan itu merupakan nama manusia. Dia adalah Mbah Moedjahir. Ikan ini kali pertama ditemukan oleh Mbah Moedjair pada 1939 silam di muara Sungai Serang, Pantai Selatan Blitar, Jawa Timur.
Fakta ini telah diabadikan menjadi sebuah buku berjudul: “Perkenalkan: Ikan (Pak) Mujair, dalam Dari Kutu sampai ke Gajah” karya Soeseno.
Mbah Moedjair sendiri memiliki nama asli Iwan Dalauk, lahir di Desa Kuningan, 3 km arah timur pusat Kota Blitar. Ia lahir 1890 dari pasangan Bayan Isman dan Rubiyah.
Awalnya, Mbah Moedjair menemukan koloni ikan dalam jumlah sangat banyak. Setelah diamati, kelompok ikan ini memiliki keunikan tersendiri dibanding ikan spesies lain. Sebab, ikan jenis ini memiliki ciri khas menyimpan anak di dalam mulutnya ketika dalam ancaman bahaya. Anak-anak ikan itu baru dikeluarkan ketika keadaan sudah aman.
Melihat keunikan tersebut, Mbah Moedjair berinisiatif mengembangbiakkan di sekitar rumahnya di daerah Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur. Mbah Moedjair mengambil ikan tersebut menggunakan udeng atau ikat kepala. Waktu itu, Mbah Moejahir menggunakan air tawar untuk menampung habitat ikan ini. Tetapi tak lama kemudian, ikan ini mati.
Mbah Moedjair tertantang untuk melakukan percobaan selanjutnya. Tujuannya mencari cara bagaimana agar ikan ini bisa hidup di habitat air tawar. Sebab, ikan ini sebelumnya hanya bisa hidup di air laut yang asin.
Mbah Moedjair bolak-balik Papungan-Serang yang berjarak kurang lebih 35 km dengan berjalan kaki. Di Pantai Serang, ia kembali mengambil ikan. Kali ini ia mengambil ikan dan diberikan tempat gentong (terbuat dari tanah liat).
Lantas ia menyampur air laut dengan air tawar, dengan tingkat konsentrasi air tawar semakin lama semakin lebih banyak dari air laut. Tujuannya agar kedua jenis air berbeda ini bisa menyatu. Ia melakukan percobaan berulang kali bolak-balik Papungan-Pantai Serang. Bahkan percobaan baru menemui keberhasilan pada percobaan yang ke – 11. Dalam percobaan ke-11, berhasil hidup 4 ekor ikan jenis baru ini di habitat air tawar.
Satu kolam ikan hasil ujicoba berhasil berkembang biak. Bahkan jumlah kolam milik Mbah Moejair semakin bertambah banyak menjadi budidaya ikan. Ia membagi-bagikan ke tetangga, sisanya dijual di pasar. Mbah Moejair semakin terkenal hingga ikan tersebut dikenal dengan sebutan Ikan Mujair.
2) Mbah Mukibat

Mbah Mukibat adalah sosok orang biasa yang kesehariannya bertani. Ia tak pernah mengenyam pendidikan di sekolah. Tetapi ia membuktikan sebagai seorang petani yang tekun dan kreatif. Bukan hanya kaum intelektual dan ilmuan saja yang bisa melakukan riset, petani seperti Mbah Mukibat pun melakukan eksperimen secara berkelanjutan.
Alhasil, Mbah Mukibat bisa menyambung batang bawah singkong/ubi kayu dengan ubi kayu karet yang dalam istilah ilmiahnya adalah Manihot Glaziovii. Eksperimen itu membuahkan ubi dengan jumlah sangat banyak, besar, dan berat.
Teknologi tersebut kemudian dikenal di dunia pertanian di Indonesia. Bahkan dikenal hingga dunia. Singkong hasil penyambungan tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Singkong Mukibat. Hasil inovasi ini diwariskan kepada khalayak dan hingga kini dinikmati masyarakat luas.
Mbah Mukibat lahir pada 1903—hidup dan tinggal di daerah Ngadiloyo, Kabupaten Kediri 1903-1966.
3) Mbah Nitisemito

Berbicara rokok kretek, tentu tak terlepas dari sosok yang melegenda bernama Mbah Nitisemito. Seorang pribumi asal di Kudus Jawa Tengah lahir 1836, dan meninggal 1953. Ia tercatat, sebagai salah satu pelaku sejarah dalam industri kretek pertama kali di Indonesia dan di dunia. Ia meracik rokok kretek pertama kali dengan nama “Rokok Tjap Kodok Mangan Ulo”.
Rokok tersebut mampu berkembang setelah namanya diubah menjadi “Tjap Bulatan Tiga” dan berubah lagi menjadi “Tjap Bal Tiga” diperkirakan pada 1914 di Desa Jati, Kudus, Jawa Tengah.
Bahkan Nitisemito dijuluki “The Kings of Kretek” karena dinilai memiliki andil besar dalam sejarah dan budaya kretek nusantara. Sebab ia menjadi seorang sosok yang banyak menyelamatkan ribuan warga pribumi untuk bekerja di pabrik rokok miliknya. Sehingga mampu meminimalisasi penduduk kala itu yang diperbudak penjajah Belanda.
Nitisemito menjadi ikon sejarah kretek nusantara yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Kretek semakin berkembang, tetapi kejayaan Nitisemito tumbang. Industri kretek ini menjadi incaran para penjelajah dunia di bumi nusantara. Setelah Nitisemito, inovasi kretek diteruskan oleh sosok bernama Djamhari.
Pada 1880-an, ia mengobati asmanya dengan meracik rokok cengkeh. Inovasi Djamhari ini mampu mencuri perhatian masyarakat. Sebab, Djamhari justru meracik kretek sebagai rokok untuk terapi penyembuhan penyakit sesak napas. Hingga sekarang, inovasi Djamhari ini dikembangkan para oleh para ilmuwan. Salah satunya adalah Dr. Gretha Zahar, ahli kimia radiasi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat. Melalui risetnya, ia mengembangkan metode terapi penyembuhan penyakit degeneratif, seperti kanker, stroke, alzheimer, dengan teknik peluruhan radikal bebas menggunakan asap rokok.
4) Novi Wahyuningsih

Sosok yang satu ini adalah generasi zaman now. Gadis belia yang tinggal di kampung Tepakyang, Kecamatan Adimulyo, Kebumen, Jawa Tengah ini menjadi penemu teknologi aplikasi bernama Callind. Ini sebuah aplikasi media sosial mirip dengan WhatsApp, Line dan lain-lain. Inovasi ini telah menyediakan fasilitas chat privat, broadcast message, kirim foto, telepon, hingga video call.
Di usia 25 tahun, Novi menjadi Direktur Utama di sejumlah perusahaan Teknologi Informasi yang didirikannya. Sebut saja PT Wahyu Global Abadi, PT Rise Solution International, dan PT Callind Network International. Ia seorang pengusaha sekaligus programer handal.
Callind bukan aplikasi chatting pertama yang dibuat oleh Novi. Sebelumnya, pada 2015, Novi telah mengembangkan aplikasi MeoTalk yang pernah dilirik oleh perusahaan Global Century Limited Malaysia. Hampir mirip WhatApp dan BBM, pengguna aplikasi ini juga menawarkan penggunaan uang virtual G-Point. Bisa dibelanjakan di toko yang telah bekerjasama.
Tetapi aplikasi MeoTalk ciptaannya telah dilepaskan kepada perusahaan yang menaunginya terdahulu. Saat ini, Novi fokus pada Callind yang diklaim sebagai aplikasi chatting buatan asli Indonesia yang bisa didownload di Google PlayStore.
Para tokoh di atas berjasa dalam inovasi pengetahuan di Indonesia dan layak menjadi Legend of Java, versi pilihan redaksi JatengToday. Tentunya masih banyak sosok lain yang tak kalah menginspirasi dan juga luar biasa. (abdul mughis)
editor : ismu puruhito