SALATIGA (jatengtoday.com) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ikut ambil porsi dalam mendorong pelaku UMKM bisa naik kelas.
Badan Riset dan Inovasi Nasional Kepala Pusat Riset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan BRIN, Irwanda Wisnu Wardhana menjelaskan, setidaknya ada tiga sikap yang harus dilakukan UMKM untuk mengembangkan bisnis.
“Agar UMKM dapat naik kelas atau scaling up, pelaku usaha sebaiknya memiliki tiga sikap: mau membesarkan bisnis, mau mengurus HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual), dan mau mengurus pajak,” ucapnya dalam Workshop dan Kajian Strategis di Kota Salatiga, beberapa waktu lalu.
Jika tidak, lanjutnya, maka UMKM tersebut akan mengalami kesulitan untuk menjadi usaha besar.
“Inilah tantangan kita sebagai pemerintah untuk mendorong pelaku UMKM dapat melakukan transformasi karakter sehingga dukungan yang diberikan menjadi berdampak efektif,” ujar IWW, sapaan akarbnya.
Workshop yang mengusung tema “Klaster UMKM Naik Kelas” ini diselenggarakan secara hybrid (gabungan antara pertemuan fisik dan dalam jaringan) oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Jateng.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dan peserta dari pemangku kepentingan multipihak yaitu pemerintah, akademisi, dan bisnis. Seperti pimpinan BRIN, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jateng, perwakilan perbankan dan perusahaan, serta akademisi.
Dalam kesempatan tersebut, para narasumber menyajikan berbagai pendekatan untuk meramu resep terbaik sehingga UMKM dapat meningkatkan skala usahanya. BRIN sebagai satu-satunya institusi pemerintah pusat yang menangani urusan riset dan inovasi juga memiliki kepedulian yang sangat kuat untuk mendukung UMKM.
Pusat Riset
Bentuk dukungan BRIN antara lain dengan mendirikan Pusat Riset Koperasi, Korporasi dan Ekonomi Kerakyatan yang fokus kepada riset dan inovasi dalam isu UMKM.
BRIN juga memiliki berbagai skema pembiayaan dan fasilitasi agar UMKM dapat mengakses teknologi yang diciptakan para periset BRIN.
Dalam konteks riset, BRIN sedang membangun desain model penelitian terintegrasi untuk mendukung UMKM naik kelas.
Model tersebut menggunakan pendekatan “triple helix” yang didasarkan pada interaksi antara tiga elemen, yaitu universitas dan lembaga riset yang terlibat dalam penelitian dasar atau terapan, pelaku usaha atau industri yang memproduksi barang komersial, dan pemerintah yang mengatur pasar.
Karena itu, kolaborasi dan kerjasama antara BRIN, Pemprov Jateng, serta pelaku usaha menjadi sangat penting untuk menciptakan model terbaik dan efektif untuk mendorong UMKM Naik Kelas.
Gayung bersambut dari pelaku usaha besar yang hadir untuk mendukung gagasan kolaborasi triple helix tersebut.
Salah satu bentuk dukungan perusahaan besar adalah dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Community Development (Comdev).
Untuk wilayah Jateng yang berbasis pada pertanian, terbuka peluang untuk melakukan pendampingan terhadap UMKM di bidang pertanian dan pengolahan hasil pertanian.
Akes Teknologi dan Invoasi
Menurut IWW, salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh UMKM untuk dapat naik kelas adalah dengan mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas serta kemudahan akses terhadap teknologi dan inovasi.
Melalui riset dan inovasi, UMKM dapat naik kelas dan meningkatkan pendapatannya serta tidak terjebak dalam jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
“Hanya dengan kemitraan antar lembaga usahalah, Indonesia dapat menghindari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) dan mencapai status negara pendapatan tinggi di tahun 2045. Meminjam motto Wakil Presiden Kyai Ma’ruf Amin, mari kita menguatkan yang lemah tanpa melemahkan yang kuat,” paparnya.
Seperti pada kunjungan ke daerah yang biasa dilakukan, IWW juga menyempatkan diri untuk mengunjungi dan berdiskusi dengan para pelaku UMKM di Kota Salatiga.
Tidak lupa berbelanja dan menikmati produk-produk yang dijajakan sehingga dapat menggerakkan ekonomi lokal. (*)
One Comment