UNGARAN (jatengtoday.com) – Tujuh pelajar setingkat SMP dan SMK ditahan anggota Polsek Bawen Polres Semarang karena terlibat tawuran. Selain itu, polisi juga mengamankan barang bukti senjata yang digunakan untuk tawuran.
Kapolsek Bawen AKP Solekhan mengatakan perkelahian antar kelompok pelajar tersebut terjadi Jumat (15/9/2023) malam.
“Mereka merupakan gabungan antara pelajar SMP dan SMA yang akan melawan salah satu SMP negeri di Bawen,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/9/2023).
Solekhan mengungkapkan dari tujuh pelajar yang ditangkap tersebut, empat orang berstatus pelajar SMP dan satu orang pelajar MTs. Sedangkan dua orang lainnya merupakan pelajar salah satu SMK Negeri di Kecamatan Pringapus dan seorang tidak bersekolah.
“Jadi untuk lima pelajar SMP ini terdiri dari satu orang siswa salah satu SMP begeri di Kecamatan Tuntang MNM (15), DG (15) SMP negeri di Kecamatan Pringapus , BR (15) MTs di Kecamatan Pabelan, dan dua orang DP (16) dan DR (15) siswa dari salah satu SMP negeri di Pabelan. Sedangkan FN (15) tidak bersekolah dan LH (16 Th) merupakan siswa SMK,” kata Solekhan.
Menurut Solekhan, kedua kelompok ini janjian tawuran di sekitar Kampung Kopi Banaran Bawen. “Jadi menurut keterangan pelajar yg kami amankan, tujuh pelajar ini hanya diajak oleh rekan yang lain saat mereka nongkrong di daerah Kecamatan Pabelan. Serta kelompok gabungan ini berjumlah sekitar 50 orang dan pada pukul 21.00 WIB berangkat dari Pabelan menuju lokasi perkelahian di Banaran Kopi Bawen,” jelasnya.
Sesampainya di lokasi yang telah ditentukan, karena kalah jumlah pihak kelompok lawan dari salah satu SMP Negeri di Bawen akhirnya melarikan diri. Melihat lawannya kabur, kelompok gabungan ini kembali ke arah Tuntang.
“Namun karena sebelumnya personel kami yang sedang patroli di wilayah lingkungan Gentong Bawen mendapat info dari warga, bahwa ada sekelompok pelajar kurang lebih 50 orang yang melintas, akhirnya dilakukan penghadangan dan tujuh pelajar diamankan,” ungkapnya.
Dari para pelajar tersebut diamankan empat ponsel, tas kecil, dua sepeda motor, satu celurit, dan satu sabuk yang telah dimodifikasi diberi pemberat besi.
“Kami akan melakukan pemanggilan terhadap orangtua, pihak sekolah maupun tokoh masyarakat setempat. Selain memberikan efek jera, juga sebagai koordinasi, menyamakan persepsi, sekaligus pencegahan dini dengan melibatkan para orang tua, pihak sekolah dan tokoh masyarakat setempat,” ujar Solekhan. (*)