SEMARANG (jatengtoday.com) – Nawal Nur Arafah, istri Wagub Jateng Taj Yasin menengok korban longsor di Trangkil Indah, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Total ada 16 keluarga yang terdampak. Mereka tinggal di blok T dan U.
Dalam kunjungannya, Nawal bersama Majelis Taklim Jaga Gawang Aswaja dan JP3M yang melihat langsung lokasi itu merasa prihatin dengan kondisi yang terjadi.
Baca: Satu Korban Terakhir Longsor Nganjuk Ditemukan
Terlebih, saat menengok musala Nur Fattah di Trangkil Baru, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, yang hampir roboh.
“Masyaallah sangat memprihatinkan. Termasuk tadi ada salah satu musala yang keberadaannya mau roboh. Nanti akan kami komunikasikan dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Dinas Sosial,” ungkapnya, Jumat (19/2/2021).
Nawal juga berpesan kepada masyarakat, agar pada musim hujan ini senantiasa waspada dengan bencana, menjaga kesehatan dan berdoa agar diberi keselamatan.
“Dalam situasi seperti ini, waktu-waktu darurat, yang terdampak (bencana) semoga selalu diberi kesabaran,” pesannya.
Baca: Tim SAR Sudah Temukan 18 Jenazah Korban Longsor Nganjuk, Tinggal Satu Masih Dicari
Pada kesempatan itu, Nawal juga menyalurkan bantuan untuk korban tanah longsor dari Majelis Taklim Jaga Gawang Aswaja (Jamaah Gabungan Garwa dan Wanita Semarang Ahlussunah wal jama’ah) dan JP3M (Jami’iyah Pengasuh Pesantren Putri dan Mubalighoh) Kota Semarang.
Bantuan yang diberikan berupa beras, mi instan dan susu. Ada pula pakaian dan peralatan ibadah. “Ini dari swadaya semua. Terkumpul dari anggota,” tuturnya.
Baca: Lahan Makam Tergerus Longsor, Warga Berharap Bantuan Pemerintah
Longsor Setelah Hujan Deras
Sementara itu, Lurah Sukorejo, Wiwoho Sugihartono menuturkan, bangunan musala tersebut terkena longsor sekitar dua pekan lalu, setelah hujan deras mengguyur dua hari berturut-turut pada 30-31 Januari 2021.
Selain musala, 23 rumah terkena longsor. Sebanyak delapan rumah di antaranya hancur, tidak bisa ditinggali lagi.
Baca: Pascalongsor Nganjuk, 101 Warga Desa Ngetos Mengungsi
“Warga ada yang kontrak, ada yang tinggal di rumah keluarga yang lain. Untuk laki-laki, rata-rata tidur di tenda (BPBD). Ibu dan anak, pada ke keluarga terdekat atau kontrak,” terangnya..
Wiwoho membeberkan, kejadian yang sama pernah terjadi pada 2014 lalu. Kondisi tanah yang labil menjadi penyebab terjadinya longsor.
Baca: Pembangunan Perumahan PT Segara Gading Dituding Bikin Banjir, Warga Gunungpati Resah
“Tanahnya ini labil, strukturnya lembek. Tahun 2014 sudah pernah terjadi. Ini kedua kali,” tandasnya. (*)
editor: ricky fitriyanto