in

Tangkal Hoax Jelang Pilpres, GP Ansor Jateng Siapkan Pasukan Siber

SEMARANG (jatengtoday.com) – Sejumlah pasukan siber disiapkan GP Ansor Jateng untuk mengantisipasi penyebaran berita hoax. Pasalnya, menjelang Pilpres seperti sekarang, banyak akun media sosial (medsos) yang sengaja dibuat untuk menebar hoax.

Celakanya, hoax yang disebar identik dengan menebar kebencian. Jika masyarakat terus dibiarkan mengonsumsi informasi hoax, bisa memicu perselisihan. Kesatuan NKRI pun menjadi taruhan.

Ketua PW GP Ansor Jateng, Solahuddin Aly atau yang akrab disapa Gus Solah menegaskan, penyebaran hoax semakin meningkat setelah munculnya kasus Ratna Sarumpaet yang sengaja memproduksi berita palsu menjelang Pilpres 2019.

“Dengan adanya kasus yang melibatkan Ratna Sarumpaet, kami menyerukan kepada semua lapisan masyarakat untuk mewaspadai konten-konten hoax. Masing-masing individu harus punya kepedulian mengatasi penyebaran berita bohong,” tuturnya dalam Sarasehan bertajuk ‘Hoax, Ancam Kerukunan yang Nyata Jelang Pilpres 2019’ di Hotel Metro Semarang, Rabu (10/10/2018).

Dia pun memastikan Ansor akan terus berupaya membendung serangan pihak luar yang mengancam keutuhan NKRI. Termasuk mengajak kader-kadernya yang menekuni teknologi untuk giat menangkis berita hoax di jejaring media sosial.

“Kami rapatkan barisan dengan memperbanyak kader setiap desa. Intinya udara dan darat harus diimbangi. Kami akan cepat menanggulanginya. Kami akan menambah tim siber di semua kabupaten kota untuk memerangi hoax secara spontan,” katanya.

Selain memperbanyak pasukan siber, pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi-informasi tanpa sumber jelas. Setidaknya, teliti menyaring informasi, sebelum diteruskan ke pengguna medsos lain.

“Saring sebelum sharing. Prinsipnya sebenarnya semudah itu. Sebenarnya, kalau melihat informasi secara nalar, tidak akan terpancing hoax. Masa iya ada seperti ini? Memang harus kritis,” paparnya.

Pada kesempatan itu, Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Semarang, Edi Faisol menambahkan, hoax sebenarnya sudah ada sejak dulu. Hanya saja, sekarang semakin marak karena jalur edarnya menggunakan medsos yang dipakai nyaris semua orang.

Dijelaskan, berita hoax memang beredar cepat di medsos. Sementara media mainstream, punya tugas untuk mengeremnya. “Tapi media mainstream yang memberikan informasi sesuai kaidah jurnalistik, jarang dibaca generasi era milenial. Mereka (generasi milenial) lebih memilih mendapat informasi dari medsos,” tegasnya. (*)

editor : ricky fitriyanto