SEMARANG (jatengtoday.com) – Panas ekstrem melanda berbagai wilayah di Indonesia. Tak terkecuali di Kota Semarang. Belakangan ini, suhu udara di Kota Semarang mendekati 38 derajat celsius di siang hari.
Kondisi cuaca ekstrem tersebut berpotensi memicu berbagai dampak kesehatan. Mulai dari dehidrasi tinggi yang melemahkan daya tahan tubuh hingga memicu munculnya berbagai macam penyakit.
Sekretaris Komisi D DPRD Kota Semarang, Anang Budi Utomo mengatakan fenomena perubahan iklim yang ekstrem ini tidak bisa dianggap enteng. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang perlu melakukan upaya antisipasi sejak dini.
“Bisa memicu dehidrasi, mudah lelah, gangguan saluran pernapasan. Perubahan suhu siang menuju malam harus disikapi dengan baik,” katanya, Rabu (4/8/2023).
Anang mengapresiasi upaya Pemkot Semarang yang terus memantau berbagai pelayanan kesehatan di masyarakat melalui posyandu, pemberian vitamin, maupun pelayanan kesehatan di sekolah.
“Pemenuhan gizi seimbang sangat penting. Jika tidak diantisipasi dengan asupan gizi yang baik, maka kekebalan tubuh orang akan menjadi sangat rentan,” katanya.
Terlebih, upaya yang dilakukan mempunyai tujuan yang jelas yaitu, memastikan pemenuhan hak atas kesehatan masyarakat.
“Kami harap sistem penanganannya tidak seperti model pemadam kebakaran, ada api baru dipadamkan,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, kondisi panas seperti saat ini berpotensi menyerang imunitas tubuh. Dampak lanjutannya berpotensi menimbulkan penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare.
“Selain itu, potensi penyakit diabetes juga bisa terjadi manakala orang yang memiliki kegawatan diabtes. Misalnya sering mengonsumsi minuman dingin atau es yang mengandung kadar gula tinggi saat cuaca panas,” katanya.
Oleh karena itu, Hakam mengimbau kepada masyarakat untuk tidak sering meminum produk instan dengan kadar gula tinggi yang banyak dijual di pasaran. “Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menunda diet agar sistem kekebalan tubuh bisa terjaga,” katanya.
Seandainya suhu udara luar di atas 40 derajat celsius, itu sudah luar biasa dan risiko dehidrasi tinggi. Dalam kondisi dehidrasi, orang yang memiliki penyakit diabetes atau kencing manis, akan berbahaya jika mengonsumsi minuman dingin dan kadar gula tinggi.
“Hal itu akan berisiko kegawatan untuk orang diabetes,” terangnya.
Selain untuk merehidrasi, orang normal biasanya minum 2 liter air per hari, tetapi kalau kondisi panas harus ditambah setengah sampai satu liter air. “Kalau perlu pakai vitamin yang mungkin bisa vitamin C, B dan vitamin B Complex untuk membantu sistem kekebalan tubuh naik,” katanya.
Lebih lanjut, Hakam menjelaskan jika kondisi kualitas udara yang diteliti setiap bulan yakni seperti CO2, Nitrogen Dioksida, kemudian debu-debu Particulary Matter (PM) 10 dan PM 2,5 ini bisa berakibat radang tenggorokan.
“Nah PM 10 dan 2,5 ini yang di 16 kecamatan kondisinya itu di level sedang dan merah. Nah, debu-debu PM 10 dan 2,5 itu kalau memapar manusia bisa menyebabkan radang tenggorokan. Kalau masuk di saluran mata jadi keruh. Kemudian risiko diabetesnya akan tinggi,” kata dia. (*)