SEMARANG (jatengtoday.com) – Sampah yang menyumbat aliran Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) di jembatan Kaligawe beberapa waktu lalu juga mengakibatkan tanggul jebol hingga banjir merendam warga.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Muthohar membantah bahwa sampah menjadi satu-satunya penyebab banjir.
“Masalah tanggul jebol tersebut sebenarnya bukan hanya karena sampah sebagai satu-satunya sebab. Karena tanggul itu belum ditutup beton, masih dalam kondisi bendungan tanah,” katanya, Rabu (12/12/2018).
Dia juga membantah adanya kesan warga masyarakat Kota Semarang tidak peduli sampah. “Sampah tersebut merupakan kontribusi dari wilayah kabupaten lain,” katanya.
Dijelaskannya, Sungai BKT mengalir dari hulu sampai ke hilir. Artinya, bukan hanya menampung air banjir dari wilayah Kota Semarang saja.
“Melainkan juga disuplai dari kabupaten lain. Mau tidak mau, Kota Semarang dilewati aliran sungai menuju hilir. Makanya kalau dilihat ada sampah daun, bantal, kasur dan lain-lain menjadi satu,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, saat ini sedang dilakukan pembangunan normalisasi BKT sehingga airnya meluber di Kelurahan Kaligawe.
“Kami bersama BBWS, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) telah melakukan koordinasi. DPU menangani masalah lumpur, BBWS melakukan pembendungan tanggul darurat. Sedangkan DLH menangani permasalah sampah ini,” katanya.
Sampah tersebut mau dibuang ke mana? “Saya arahkan sampah tersebut dibuang ke TPA Jatibarang. Persoalannya, di TPA setiap truk masuk dikenai biaya. Tapi sudah kami koordinasikan agar penanganan sampah untuk bencana banjir ini tidak dikenai biaya di TPA Jatibarang,” imbuhnya.
Pihaknya mengaku telah menerjunkan truk untuk membantu mengangkut sampah dari Kaligawe ke TPA Jatibarang. “Saya tidak sepakat kalau warga Semarang terkesan kurang peduli terhadap sampah. Saya katakan BKT ini dari hulu sampai hilir juga menampung buangan dari kabupaten lain. Masalah sampah itu kalau hujan memang seperti itu (dari atas mengalir ke bawah),” katanya.
Menurut dia, masyarakat Kota Semarang sejauh ini cukup luar biasa dalam pengelolaan sampah. “Nah, sampah itu dari mana? Tadi saya katakan, sampah itu berasal dari hulu (kabupaten lain). Masyarakat di sana kemungkinan kesadaran membuang sampah sembarangan masih minim. Memang orang Semarang ada yang membuang sampah sembarangan, tapi bisa dibilang kecil,” katanya. (*)
editor : ricky fitriyanto