SEMARANG (jatengtoday.com) – Selama tiga bulan terakhir, Kecamatan Ngaliyan Semarang masuk dalam peringkat lima besar jumlah penderita Covid-19. Saat ini tercacat 47 warga positif Covid-19 di Kecamatan Ngaliyan. Sedikitnya ada dua klaster yang cukup menghebohkan masyarakat belakangan ini. Yakni Klaster Pandana Merdeka 23 orang positif dan Klaster Wonosari 7 orang positif.
Dari kedua klaster tersebut ternyata memiliki kesamaan riwayat penyebaran virus yang cukup masif. Yakni keduanya sama-sama bermula dari sebuah prosesi pemakaman jenazah positif Covid-19.
“Klaster Kelurahan Wonosari, dari 8 staf Kelurahan, 7 di antaranya terpapar Covid-19. Saya menunjuk pelaksana harian Lurah Wonosari dibantu tiga staf kecamatan untuk membantu di sana sambil menunggu teman-teman kita cepat sembuh,” ungkap Camat Ngaliyan, Agus Priharwanto, saat peresmian Kampung Siaga Candi Hebat di RT 8 RW 3 Ngaliyan Semarang, Rabu (30/9/2020) malam.
Dari tujuh staf kelurahan yang terpapar, empat orang di antaranya sekarang telah sembuh. “Sedangkan tiga orang lainnya telah dilakukan test swab sebanyak tiga kali belum juga negatif,” terang dia.
Dalam kasus Klaster Wonosari, lanjut Agus, riwayat penyebaran virus bermula ketika ada salah satu staf Kelurahan Wonosari yang adiknya meninggal karena terpapar Covid-19. “Jenazahnya telah dimakamkan sesuai prosedur pemakaman protokol Covid-19, karena memang hasil test dinyatakan positif. Ya, namanya keluarga berduka, mereka salam-salaman, rangkul-rangkulan, tidak memakai masker dan seterusnya, kemudian staf tersebut ke kantor kelurahan,” terangnya.
Di kantor kelurahan, terjadi interaksi dengan teman staf keluarahan yang lain, termasuk Lurah Wonosari. “Bisa melalui berkas dokumen yang disentuh. Begitu dilakukan test swab, ternyata tujuh orang dari delapan orang staf dinyatakan positif Covid-19,” katanya.
Sama halnya Klaster Covid-19 di Pandana Merdeka beberapa waktu lalu. Agus menjelaskan, awalnya ada warga di kampung tersebut meninggal dan dimakamkan secara Covid-19. “Namanya warga ada yang salam-salaman, cium pipi kanan kiri. Ternyata ada dua orang dari anggota keluarga yang terkena musibah dinyatakan positif. Kemudian ditracing, begitu orang-orang yang disebutkan diswab, terdapat sebanyak 23 warga satu RT dinyatakan positif Covid-19. Akhirnya, warga RT 2 RW 3 Pandana Merdeka itu isolasi di Rumah Dinas Wali kota,” katanya.
Mengapa Covid-19 bisa menyebar, menurut Agus karena penerapan protokol kesehatan tidak disiplin. Hingga saat ini, dia mengakui Kecamatan Ngaliyan masih menempati lima besar kecamatan di Kota Semarang yang memiliki jumlah Covid-19 terbanyak.
“Nomor satu Kecamatan Semarang Barat yakni 68 orang, disusul Kecamatan Ngaliyan dan Tugu, keduanya jumlahnya sama-sama 47 orang, kemudian Kecamatan Tembalang 38 orang dan Kecamatan Semarang Utara 37 orang,” bebernya.
Protokol kesehatan, menurut dia, adalah hal yang mutlak diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Itu yang paling utama. Pak Wali menetapkan 3 M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga kesehatan. Tambah satu lagi, membaca doa,” ujarnya.
Sejauh ini, lanjut dia, respons masyarakat mengenai warga terpapar Covid-19 masih negatif. Banyak warga mengeluhkan, akibat kejadian klaster-klaster tersebut, mereka dijauhi oleh warga sekitar. Kampung mereka mendadak dikenal sebagai sarang Covid-19.
“Saya sampaikan, seharusnya warga berterima kasih, misalnya Pandana Merdeka RT 2 RW 3, karena mereka mau berterus terang dan bersedia untuk di-swab. Seandainya mereka tidak mau diswab, atau mereka tidak terus terang. Apa yang terjadi? Penderitanya ya tambah banyak,” katanya.
Pemahaman warga merespon Covid-19 ini perlu dilakukan edukasi agar jangan mengucilkan warga yang dinyatakan positif. “Jauhi penyakitnya, tapi jangan dijauhi orangnya. Kalau ada warga penderita Covid-19 harus diperhatikan, dibelanjakan dan dirawat di rumah isolasi,” katanya.
Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto mengatakan, pihaknya terus menggencarkan operasi yustisi untuk menekan angka penularan Covid-19. Kami bekerja sama dengan TNI, Polri dan Satpol PP Provinsi Jateng. Kami akan terus lakukan operasi penegakan penerapan protokol kesehatan,” ujarnya.
Warga yang tidak tertib protokol kesehatan, terutama tidak memakai masker langsung didata dan diberi arahan. Mereka juga akan diberikan sanksi sosial misalnya, beberapa waktu lalu saksinya menyapu di kompleks TMP Giri Tunggal sebelum akhirnya dilakukan tes rapid. “Menyapu makam biar mereka ingat mati. Mereka juga menjalani tes rapid,” katanya. (*)
editor: ricky fitriyanto