SEMARANG (jatengtoday.com) – Psikolog yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang (USM) Probowatie Tjondronegoro mengungkapkan hingga saat ini baru bacapres Ganjar Pranowo yang mengungkapkan gagasan konkret terkait isu kesehatan mental bagi generasi muda.
Seperti diketahui, Ganjar Pranowo beberapa kali menyampaikan pentingnya Kesehatan mental terutama bagi anak-anak muda. Sebab itu, Ganjar berkomitmen untuk memperbanyak layanan kesehatan mental di kampus dan puskesmas.
Belum lama ini, dalam kuliah umum di depan ribuan mahasiswa Universitas Pasundan Bandung, Selasa (3/10/2023), Ganjar juga membahas sejumlah materi yang relate dengan anak muda, salah satunya tentang kesehatan mental.
Terkait kesehatan mental generasi muda, Ganjar menekankan negara perlu hadir untuk mengatasi isu kesehatan mental di kalangan anak muda. Khususnya dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Dari bacapres yang sudah muncul di publik, baru Pak Ganjar yang saya lihat menawarkan gagasan konkret soal isu kesehatan mental di kalangan generasi muda,” kata Probowati, Rabu (4/10/2023).
Terkait komitmen Ganjar akan memperbanyak tempat layanan kesehatan mental, Probo menyarankan agar mantan Gubernur Jateng tersebut mengoptimalkan fasilitas konseling yang ada di puskesmas, termasuk para psikolog yang ada di dalamnya.
“Masukan untuk Pak Ganjar, sebelum membangun fasilitas-fasilitas konseling baru, ada baiknya optimalkan dulu yang ada di puskesmas. Untuk membentuk SDM psikolog, membutuhkan waktu yang tidak sebentar,” tambahnya.
Menurut Probowati, kunci utama kesehatan mental generasi muda berada di lingkungan pertama, yakni keluarga. Untuk itu edukasi secara jemput bola perlu digalakkan sebagai pencegahan.
“Yang paling penting adalah tindakan preventif-nya. Edukasi di lingkungan masyarakat, sekolah-sekolah, webinar, dan seterusnya harus digalakkan,” imbuhnya.
Selain sebagai pencegahan, edukasi yang masif ke masyarakat juga diperlukan untuk menghapus stigma negatif terkait kesehatan mental. Pasalnya, selama ini persoalan kesehatan mental masih dianggap tabu bagi sebagian masyarakat sehingga mencegah mereka untuk mengakses layanan profesional.
“Harus ditekankan bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan sampai orang tidak berani ke psikolog karena takut di stigma yang tidak baik,” tandasnya. (*)